Sabtu, 24 Mei 2008

KADO TERINDAH (MINGGU BERDARAH)

"Malam harinya, aku demam. Lenganku membengkak dan meninggalkan rasa panas yg luar biasa. Malam itu aku menangis. Menangis bukan hanya oleh rasa sakit, tetapi aku menangisi diriku yang saat itu sedang bersiap terbang ke Taiwan dan berlanjut ke tanah air. aku binggung: haruskah pulang dalam keadaan tangan terluka??bagaimana perasaan ayah bunda dan saudara saudaraku? Aku yakin, jika keluargaku tahu akan luka itu, mereka tak bakal menguzinkan aku menyeleseikan tugas yg tinggal setahun lagi."Hari itu, minggu kedua. Aku ketemuan sama Fransiska Ria Susanti, reporter Koran local yang juga merangkap sebagai koresponden Sinar Harapan. Pasa saat kuhubungi pada pagi hari itu, jurnalis yang tahun kemaren meluncurkan buku “Genjer-genjer” itu masih baru bangun tidur. Akhirnya aku sama Jessy menunggu di Causeway bay, tak seberapa jauh dari gerbang taman Victori. Ketika kami bertiga akan menuju kesalah satu kafe didaerah Sogo, namaku dipanggil oleh Umi, salah satu TKW yang minggu sebelumnya sempat kuwawancarai kasus Terminate, factor terlibat gerakan SATU MEI. Wajahnya kusut, pakaiannya lusuh, dan jalan sendirian alias tanpa teman. Tapi aku berpikir, pada saat itu ia fine fine aja. Sehingga aku tak mengajaknya turut serta. Dan, kamipun berpisah disimpang jalan itu.
Sekitar pukul 3 sore kami cabut dari kafe. Santy melanjutkan laju kakinya ke Wan Chai, katanya ada yang perlu diliput disono. Aku berencana ke Nort Point, dan Jessy berencana pulang ke building, melanjutkan tidurnya. Tapi setelah mengantar Santy ke Halte Trem, aku sama Jessy malah sepakat jalan jalan sore di wilayah Jordan pada petang. Ya udah, aku memilih melanjutkan ngetik materi tulisan features di rumahnya.Belum sempat membuka Microsoft Word, terdengar keributan dirumah yang sebagain kamarnya di sewakan bagi BMI yang membutuhkan tempat tinggal itu. Meski begitu, aku tak hirau, sebab yg beributan itu sepasang kekasih. Lagian, keributan itu hanya via phone. Entah bagaimana awalnya, tiba tiba si Jessy yang sedari tadi telepon teleponan, menyodorkan Nokianya ke aku. “Ada yang mo bicara bentar”begitu kata Jessy sebelum telepon kuambil alih.

“ Kak Dian jemput aku dong. Bilang sama Tian, jangan pukul aku lagi. Aku takut kak….”begitu kata dari seberang.
“Kamu dimana, dik?”daku balik bertanya sambil mikir: siapa gerangan anak itu?
“Aku dilorong kak. Tapi aku gak tahu di daerah mana ini….”
“lha kalo kamu gak tahu dimana posisimu, gimana aku bisa menjemput?”
Setelah ia ngaku bernama Umi, ia mematikan telepon tanpa mengatakan keadaan maupun posisinya saat itu. Umi????berarti anak yang ketemu sama kami tadi,khan?.

Jessy sigap. Menghubungi beberapa teman-temannya maupun anak yang kos di tempatnya. Kami peroleh informasi diamana gerangan gadis berusia 22 tahun itu. Tapi sial, lima menit sebelum kami tiba disuatau tempat, Uminya telah raib. Dibawa temanya ke Discotiq.Aku dan Jessypun balik arah pulang ke apartemen lagi.

Ealah, begitu nyampe apartemen, si Umi malah sudah berada di rumah. Katanya sih ia pun barusan tiba. Kondisi Umi sangat memprihatinkan. Kedua matanya rapat terpejam terbaring diatas tempat tidur. Kaki tanganya sedingin salju. Bibirnya mulai membiru dan sesekali meleleh air liur dari sudut bibir hitamnya itu. Ketika aku duduk ditepi pembaringan ingin tahu keadaanya ia langsung membuka mata bahkan meletakkan kepalanya dipahaku. “Kak Dian…dingin”ujarnya sambil menggigil.

Tetapi siapa sangka, spontanitas, ia meraih lengan kananku dan mengigitnya kuat kuat. Terang aja, aku menjerit kesakitan. Eh, bukanya dilepaskan gigitanya, Umi malah semakin beringas hendak memakan daging mentah lenganku. Darah segar menetes dari 7 luka bekas gigitan Umi.

Malam harinya, aku demam. Lenganku membengkak dan meninggalkan rasa panas yg luar biasa. Malam itu aku menangis. Menangis bukan hanya oleh rasa sakit, tetapi aku menangisi diriku yang saat itu sedang bersiap terbang ke Taiwan dan berlanjut ke tanah air. aku binggung:haruskah pulang dalam keadaan tangan terluka??bagaimana perasaan ayah bunda dan saudara saudaraku? Aku yakin, jika keluargaku tahu akan luka itu, mereka tak bakal menguzinkan aku menyeleseikan tugas yg tinggal setahun lagi.

Keesokanya aku memutuskan berobat ke dokter meski dengan resiko diinterviw polisi karena luka itu. Sedikit catatan, di Hong Kong merupakan Negara hokum. Tak dibenarkan adanya kekerasan apalagi kekerasan itu menimpa pekerja asing. Itu bisa diusut, jika ketahuan polisi. Makanya, pada hari itu aku tak bisa menuruti ajakan teman teman untuk pergi RS. Perlu pertimbangan matang meski aku tak bersalah. Aku hanya kasihan pada Umi, yang rupanya saat itu ia sedang flay berat nenggak Estasy bahkan hamper Over Dosis(OD).Sekeluar dari ruangan dokter, aku langsung ke agen penjualan tiket meng-encel penerbangan yang sudah dijadwalkan pada 19 mei. Berhubung, ada musibah itu, penerbangan baru akan aku mulai hari ini. Minggu ke-4 di bulan mei. SAMPAI BERTEMU LAGI.

KADO TERINDAH (MINGGU BERDARAH)

"Malam harinya, aku demam. Lenganku membengkak dan meninggalkan rasa panas yg luar biasa. Malam itu aku menangis. Menangis bukan hanya oleh rasa sakit, tetapi aku menangisi diriku yang saat itu sedang bersiap terbang ke Taiwan dan berlanjut ke tanah air. aku binggung: haruskah pulang dalam keadaan tangan terluka??bagaimana perasaan ayah bunda dan saudara saudaraku? Aku yakin, jika keluargaku tahu akan luka itu, mereka tak bakal menguzinkan aku menyeleseikan tugas yg tinggal setahun lagi."Hari itu, minggu kedua. Aku ketemuan sama Fransiska Ria Susanti, reporter Koran local yang juga merangkap sebagai koresponden Sinar Harapan. Pasa saat kuhubungi pada pagi hari itu, jurnalis yang tahun kemaren meluncurkan buku “Genjer-genjer” itu masih baru bangun tidur. Akhirnya aku sama Jessy menunggu di Causeway bay, tak seberapa jauh dari gerbang taman Victori. Ketika kami bertiga akan menuju kesalah satu kafe didaerah Sogo, namaku dipanggil oleh Umi, salah satu TKW yang minggu sebelumnya sempat kuwawancarai kasus Terminate, factor terlibat gerakan SATU MEI. Wajahnya kusut, pakaiannya lusuh, dan jalan sendirian alias tanpa teman. Tapi aku berpikir, pada saat itu ia fine fine aja. Sehingga aku tak mengajaknya turut serta. Dan, kamipun berpisah disimpang jalan itu.
Sekitar pukul 3 sore kami cabut dari kafe. Santy melanjutkan laju kakinya ke Wan Chai, katanya ada yang perlu diliput disono. Aku berencana ke Nort Point, dan Jessy berencana pulang ke building, melanjutkan tidurnya. Tapi setelah mengantar Santy ke Halte Trem, aku sama Jessy malah sepakat jalan jalan sore di wilayah Jordan pada petang. Ya udah, aku memilih melanjutkan ngetik materi tulisan features di rumahnya.Belum sempat membuka Microsoft Word, terdengar keributan dirumah yang sebagain kamarnya di sewakan bagi BMI yang membutuhkan tempat tinggal itu. Meski begitu, aku tak hirau, sebab yg beributan itu sepasang kekasih. Lagian, keributan itu hanya via phone. Entah bagaimana awalnya, tiba tiba si Jessy yang sedari tadi telepon teleponan, menyodorkan Nokianya ke aku. “Ada yang mo bicara bentar”begitu kata Jessy sebelum telepon kuambil alih.

“ Kak Dian jemput aku dong. Bilang sama Tian, jangan pukul aku lagi. Aku takut kak….”begitu kata dari seberang.
“Kamu dimana, dik?”daku balik bertanya sambil mikir: siapa gerangan anak itu?
“Aku dilorong kak. Tapi aku gak tahu di daerah mana ini….”
“lha kalo kamu gak tahu dimana posisimu, gimana aku bisa menjemput?”
Setelah ia ngaku bernama Umi, ia mematikan telepon tanpa mengatakan keadaan maupun posisinya saat itu. Umi????berarti anak yang ketemu sama kami tadi,khan?.

Jessy sigap. Menghubungi beberapa teman-temannya maupun anak yang kos di tempatnya. Kami peroleh informasi diamana gerangan gadis berusia 22 tahun itu. Tapi sial, lima menit sebelum kami tiba disuatau tempat, Uminya telah raib. Dibawa temanya ke Discotiq.Aku dan Jessypun balik arah pulang ke apartemen lagi.

Ealah, begitu nyampe apartemen, si Umi malah sudah berada di rumah. Katanya sih ia pun barusan tiba. Kondisi Umi sangat memprihatinkan. Kedua matanya rapat terpejam terbaring diatas tempat tidur. Kaki tanganya sedingin salju. Bibirnya mulai membiru dan sesekali meleleh air liur dari sudut bibir hitamnya itu. Ketika aku duduk ditepi pembaringan ingin tahu keadaanya ia langsung membuka mata bahkan meletakkan kepalanya dipahaku. “Kak Dian…dingin”ujarnya sambil menggigil.

Tetapi siapa sangka, spontanitas, ia meraih lengan kananku dan mengigitnya kuat kuat. Terang aja, aku menjerit kesakitan. Eh, bukanya dilepaskan gigitanya, Umi malah semakin beringas hendak memakan daging mentah lenganku. Darah segar menetes dari 7 luka bekas gigitan Umi.

Malam harinya, aku demam. Lenganku membengkak dan meninggalkan rasa panas yg luar biasa. Malam itu aku menangis. Menangis bukan hanya oleh rasa sakit, tetapi aku menangisi diriku yang saat itu sedang bersiap terbang ke Taiwan dan berlanjut ke tanah air. aku binggung:haruskah pulang dalam keadaan tangan terluka??bagaimana perasaan ayah bunda dan saudara saudaraku? Aku yakin, jika keluargaku tahu akan luka itu, mereka tak bakal menguzinkan aku menyeleseikan tugas yg tinggal setahun lagi.

Keesokanya aku memutuskan berobat ke dokter meski dengan resiko diinterviw polisi karena luka itu. Sedikit catatan, di Hong Kong merupakan Negara hokum. Tak dibenarkan adanya kekerasan apalagi kekerasan itu menimpa pekerja asing. Itu bisa diusut, jika ketahuan polisi. Makanya, pada hari itu aku tak bisa menuruti ajakan teman teman untuk pergi RS. Perlu pertimbangan matang meski aku tak bersalah. Aku hanya kasihan pada Umi, yang rupanya saat itu ia sedang flay berat nenggak Estasy bahkan hamper Over Dosis(OD).Sekeluar dari ruangan dokter, aku langsung ke agen penjualan tiket meng-encel penerbangan yang sudah dijadwalkan pada 19 mei. Berhubung, ada musibah itu, penerbangan baru akan aku mulai hari ini. Minggu ke-4 di bulan mei. SAMPAI BERTEMU LAGI.

Sabtu, 17 Mei 2008

KADO TERINDAH (SUKA)

Awal bulan mei tlah lewat. Hari ulang tahunku telah berlalu. Tetapi kenangan itu ehm….gak bisa kulupa! Ada suka, ada duka, ada air mata…bahkan ada darah yang mengalir dari tubuhku. Karenanya, penerbanganku ketanah air, terpaksa kuundur seminggu lagi. Maafkan, wahai engkau yang telah menunggu.
Kartu ucapan: Dua hari menjelang ulang tahunku kemarin, ku hitung kurang lebih ada 22 lembar dengan berbagai ukuran dan warna. mayoritas dikirimkan teman temanku yang ada diluar negeri. Kartu ucapan yang cukup menarik perhatianku kiriman dari Mas Rocky (USA), Mama Reva (Thailand) dan dari Mas Andi Purnama (Australia). Ucapanya membuat aku terkesiap sesaat di akhir kalimat.

“Maukah engkau menjadi istriku? Akan kusiapkan gaun pengantin dalam waktu dekat jika engkau mau menerimaku”begitu kata akhir yang tulis Mas Rocky, sohibku. *bisakah aku mengubah persahabat menjadi sebuah ikatan drama percintaan?"beri aku waktu*

Kalo dari Mam Rev, perempuan yang pernah ku kenal sewaktu aku baru datang ke Hong Kong lain lagi meski intinya hampir sama. Isinya gini:”alangkah senang seandainya dian mau menjadi menantu, mama”. *Yee…mana bisa….aku sama Marvin, anaknya khan cuma temen-an doang*. Begitu kata hatiku seusai membaca kiriman mam Rev yang ikut suaminya tugas disono selama setahun kedepan.


Warnanya merah hati bergambar panorama alam. Kalau lipatannya dibuka, seketika tercium aroma bunga anggrek, dan lagu klasik selamat ultah mengalun dari icon sepasang angsa. Tiga alenia puisi romantis memaksa aku mengembara di alam tanpa batas. Indaah sekali, meski dibagian akhirnya aku tersentak. “Kesendirianku hanya untuk menantimu. Mengerti
lah”*tapi kesendirianku bukan untuk menantimu. lukaku karenamu masih berdarah*


BY PHONE: Tak bisa di hitung atau di save. Penuh melulu… rata rata dari teman2 ditanah air. special makasihku buat Mas Lupus dan rekan rekanku yang ada di Hong Kong.


THE BLOG: “Tak seorangpun dapat menyaingi kita dalam
hal memberikan bingkisan.Percayalah: percakapan, perhatian, persetujuan, wawasan, gagasan, waktu, tenaga, kerjasama dan terutama cinta, merupakan bingkisan yang amat langka. Hal-hal itu lebih berharga dari harta benda manapun.

Hari ini, tanggal 1 Mei adalah haridimana seseorang sedang berulang tahun. Kupu-kupu yang tengah terbang menikmati angin kencang yang berniat merusakkan sayapnya, tetap bertahan sampai waktu ulang tahunnya tiba.

“ Aku terharu membuka Bingkisan untuk sang kupu kupu (Kiriman BOXLOG). Terima kasih ya


Ucapan makasih ini juga buat teman teman sesame bloger, khususnya para kreator komentator. Tentu kita sependapat: ucapan yang di gores dan ditempatkan dalam box komentar tak kan lekang dimakan waktu. Tertanam hingga ke dasar dasarnya hingga kelak, sampai Pak Dhe Google tak beroperasi lagi kali ya,he..he….

Dalam komentar rekan rekan, tersimpan kekuatan yang sangat besaaar sekali. Kekuatan penyemangat agar aku terus melangkah tanpa lelah. Mengapai asa dan cinta, dan membekali diri dengan doa. Wah…tak ku duga…begitu dahsyat kekuatan sebuah komentar. Setujukah jika kita membudidayakan saling memberi komentar? Bersambung....


KADO TERINDAH (SUKA)

Awal bulan mei tlah lewat. Hari ulang tahunku telah berlalu. Tetapi kenangan itu ehm….gak bisa kulupa! Ada suka, ada duka, ada air mata…bahkan ada darah yang mengalir dari tubuhku. Karenanya, penerbanganku ketanah air, terpaksa kuundur seminggu lagi. Maafkan, wahai engkau yang telah menunggu.
Kartu ucapan: Dua hari menjelang ulang tahunku kemarin, ku hitung kurang lebih ada 22 lembar dengan berbagai ukuran dan warna. mayoritas dikirimkan teman temanku yang ada diluar negeri. Kartu ucapan yang cukup menarik perhatianku kiriman dari Mas Rocky (USA), Mama Reva (Thailand) dan dari Mas Andi Purnama (Australia). Ucapanya membuat aku terkesiap sesaat di akhir kalimat.

“Maukah engkau menjadi istriku? Akan kusiapkan gaun pengantin dalam waktu dekat jika engkau mau menerimaku”begitu kata akhir yang tulis Mas Rocky, sohibku. *bisakah aku mengubah persahabat menjadi sebuah ikatan drama percintaan?"beri aku waktu*

Kalo dari Mam Rev, perempuan yang pernah ku kenal sewaktu aku baru datang ke Hong Kong lain lagi meski intinya hampir sama. Isinya gini:”alangkah senang seandainya dian mau menjadi menantu, mama”. *Yee…mana bisa….aku sama Marvin, anaknya khan cuma temen-an doang*. Begitu kata hatiku seusai membaca kiriman mam Rev yang ikut suaminya tugas disono selama setahun kedepan.


Warnanya merah hati bergambar panorama alam. Kalau lipatannya dibuka, seketika tercium aroma bunga anggrek, dan lagu klasik selamat ultah mengalun dari icon sepasang angsa. Tiga alenia puisi romantis memaksa aku mengembara di alam tanpa batas. Indaah sekali, meski dibagian akhirnya aku tersentak. “Kesendirianku hanya untuk menantimu. Mengerti
lah”*tapi kesendirianku bukan untuk menantimu. lukaku karenamu masih berdarah*


BY PHONE: Tak bisa di hitung atau di save. Penuh melulu… rata rata dari teman2 ditanah air. special makasihku buat Mas Lupus dan rekan rekanku yang ada di Hong Kong.


THE BLOG: “Tak seorangpun dapat menyaingi kita dalam
hal memberikan bingkisan.Percayalah: percakapan, perhatian, persetujuan, wawasan, gagasan, waktu, tenaga, kerjasama dan terutama cinta, merupakan bingkisan yang amat langka. Hal-hal itu lebih berharga dari harta benda manapun.

Hari ini, tanggal 1 Mei adalah haridimana seseorang sedang berulang tahun. Kupu-kupu yang tengah terbang menikmati angin kencang yang berniat merusakkan sayapnya, tetap bertahan sampai waktu ulang tahunnya tiba.

“ Aku terharu membuka Bingkisan untuk sang kupu kupu (Kiriman BOXLOG). Terima kasih ya


Ucapan makasih ini juga buat teman teman sesame bloger, khususnya para kreator komentator. Tentu kita sependapat: ucapan yang di gores dan ditempatkan dalam box komentar tak kan lekang dimakan waktu. Tertanam hingga ke dasar dasarnya hingga kelak, sampai Pak Dhe Google tak beroperasi lagi kali ya,he..he….

Dalam komentar rekan rekan, tersimpan kekuatan yang sangat besaaar sekali. Kekuatan penyemangat agar aku terus melangkah tanpa lelah. Mengapai asa dan cinta, dan membekali diri dengan doa. Wah…tak ku duga…begitu dahsyat kekuatan sebuah komentar. Setujukah jika kita membudidayakan saling memberi komentar? Bersambung....


Jumat, 09 Mei 2008

DATANG SESAAT

Sabar lah chayank…aku pasti datang
Tunggulah teman…aku pasti kembali
Jangan bertanya lagi ya bunda….
Suatu saat pasti kukatakan semua
Tentang hati, keseharian, dan tentang kado istimewa itu

DATANG SESAAT

Sabar lah chayank…aku pasti datang
Tunggulah teman…aku pasti kembali
Jangan bertanya lagi ya bunda….
Suatu saat pasti kukatakan semua
Tentang hati, keseharian, dan tentang kado istimewa itu