Selasa, 30 September 2008

KEBIADABAN BLITAR MANIA COM (2)

Gadis akhirnya bisa tersenyum lagi setelah teror demi teror dari mantan pacar terus menghampiri. Tentu saja, ini semua tak terlepas dari semangat yang diberikan rekan2 sesama blogger, juga teman bermain di dunia nyata. Txs to all. Gadis kini lebih lapang dan berserah pada kehendakNYA, terlebih hari ini hari dimana kita saling bermaap maapan. Minal Aidin WalFaidzin, 4 to all…

Hal terbesar yang membuat gadis tersenyum lebar, ketika Komandan Andi menghubungi via ponsel. Itupun baru tersambung setelah beberapa hari kejadian. Karena emang sejak kejadian itu, gadis mematikan seluruh komunikasi. Hp di non aktifkan, blog dikunci, YM di tinggalkan. Komandan melaporkan hasil invetigasinya bersama anak buahnya yang cakep abis*kalo cakepnya abis tinggal apanya hayo?he..he..*.
Anggota buru sergap (buser) ini adalah Elthazor, Jaloee,0e0es,Enhal,Mochal, dan
Blogger Addicter yang kebetulan mereka mereka ini sahabat baik gadis. Konon, sejak malam itu tim buser ini mengintai, memasuki kawasan markas buronan bahkan mereka sempat bincang dengan atasan dari manusia biadab ini. Yang cukup melegakan satuan buser yaitu respon dari atasan dia, dimana mereka berjanji akan menindak lanjuti kasus pelecehan yang telah dilakukan anak buahnya terhadap karya gadis

Entah karena mendapat teguran atau faktor lain, orang yang akhirnya mengaku bernama raja_ok datang kerumah Gadis Rantau. Mengamuk, menuduh, dan masih dengan gaya jadulnya yaitu menfitnah. Untungnya, pada malam itu, enhal dan blogger adicter kebagian piket jaga. Otomatis, gadis merasa tertolong oleh kehadiran mereka. Duh gusti, semoga tidak semua laki laki memiliki sifat seperti ini*bersambung*

KEBIADABAN BLITAR MANIA COM (2)

Gadis akhirnya bisa tersenyum lagi setelah teror demi teror dari mantan pacar terus menghampiri. Tentu saja, ini semua tak terlepas dari semangat yang diberikan rekan2 sesama blogger, juga teman bermain di dunia nyata. Txs to all. Gadis kini lebih lapang dan berserah pada kehendakNYA, terlebih hari ini hari dimana kita saling bermaap maapan. Minal Aidin WalFaidzin, 4 to all…

Hal terbesar yang membuat gadis tersenyum lebar, ketika Komandan Andi menghubungi via ponsel. Itupun baru tersambung setelah beberapa hari kejadian. Karena emang sejak kejadian itu, gadis mematikan seluruh komunikasi. Hp di non aktifkan, blog dikunci, YM di tinggalkan. Komandan melaporkan hasil invetigasinya bersama anak buahnya yang cakep abis*kalo cakepnya abis tinggal apanya hayo?he..he..*.
Anggota buru sergap (buser) ini adalah Elthazor, Jaloee,0e0es,Enhal,Mochal, dan
Blogger Addicter yang kebetulan mereka mereka ini sahabat baik gadis. Konon, sejak malam itu tim buser ini mengintai, memasuki kawasan markas buronan bahkan mereka sempat bincang dengan atasan dari manusia biadab ini. Yang cukup melegakan satuan buser yaitu respon dari atasan dia, dimana mereka berjanji akan menindak lanjuti kasus pelecehan yang telah dilakukan anak buahnya terhadap karya gadis

Entah karena mendapat teguran atau faktor lain, orang yang akhirnya mengaku bernama raja_ok datang kerumah Gadis Rantau. Mengamuk, menuduh, dan masih dengan gaya jadulnya yaitu menfitnah. Untungnya, pada malam itu, enhal dan blogger adicter kebagian piket jaga. Otomatis, gadis merasa tertolong oleh kehadiran mereka. Duh gusti, semoga tidak semua laki laki memiliki sifat seperti ini*bersambung*

Jumat, 26 September 2008

KEBIADABAN BLITAR MANIA COM (1)

Segala macam cara dilakukan manusia yang satu ini untuk menjatuhkan mentalitas gadis rantau. Mulai dari menfitnah, memberikan komentar dipostingan dengan kata kata yang menyakitkan, sampai pada pelecehan ini. Sebagai manusia biasa, dengan pikiran-pikiran sederhana, terus terang, gadis sempat dilanda putus asa menghadapinya.

Gadis masih ingat, pada tgl 22 seusai memposting ini , gadis dihadapkan pada suatu kenyataan yang pahit. Teramat pahit. Hingga tak tertelan lagi rasanya. Kehancuran perasaan Gadis melebihi kehancuran Putus Cinta tak Mengapa. Entahlah, pikiran gadis kacau pada saat itu. Tak tahu lagi harus berbuat apa. Ingin menangis, tak ingin dianggap cenggeng, ingin marah tapi tak punya daya. Logika gadis tak berfungsi, hingga timbul niat mengakhiri hidup.

Sampai sekarangpun Gadis tak habis pikir, kenapa mantan pacar tega teganya melakukan itu. Padahal antara Gadis sama dia udah sepakat: PUTUS! Yang artinya, tak semestinya saling mengusik. Sejak gadis pisahan ma dia, sedikitpun gadis tak pernah ingin menginggatnya, melihatnya, atau bahkan mendengar namanya. Tapi bukan berarti gadis menganggap dia sebagai musuh. Bukan begitu maksud gadis. Tak lebih dan tak kurang, agar gadis dan dia sama-sama peroleh ketenangan dijalan berbeda. Bukankah kegagalan awal pembelajaran yang baik?

Tak sedikitpun Gadis menyangka, dia bakal menteror dikemudian harinya. Dan Gadis menyadari apa yang dia lakukan saat ini, mungkin sebagai pelampiasan dendam dan rasa sakit hati.Bisa jadi begitu, karena Gadis sudah TAK SUDI baikan lagi meski ia bersimpuh atau menangis darah sekalipun. Terlebih setelah menyadari kebobrokan moralitasnya. Sekiranya hanya Tuhan yang tahu betapa gadis semakin takut membuka ruang hati kepada orang lain. Bukan karena masih suka dia atau takut ancaman dia, tetapi gadis takut kejadian serupa bakal terjadi lagi. Sudah cukup Gadis menangis dalam keletihan karena ulah asmara.*bersambung…*

KEBIADABAN BLITAR MANIA COM (1)

Segala macam cara dilakukan manusia yang satu ini untuk menjatuhkan mentalitas gadis rantau. Mulai dari menfitnah, memberikan komentar dipostingan dengan kata kata yang menyakitkan, sampai pada pelecehan ini. Sebagai manusia biasa, dengan pikiran-pikiran sederhana, terus terang, gadis sempat dilanda putus asa menghadapinya.

Gadis masih ingat, pada tgl 22 seusai memposting ini , gadis dihadapkan pada suatu kenyataan yang pahit. Teramat pahit. Hingga tak tertelan lagi rasanya. Kehancuran perasaan Gadis melebihi kehancuran Putus Cinta tak Mengapa. Entahlah, pikiran gadis kacau pada saat itu. Tak tahu lagi harus berbuat apa. Ingin menangis, tak ingin dianggap cenggeng, ingin marah tapi tak punya daya. Logika gadis tak berfungsi, hingga timbul niat mengakhiri hidup.

Sampai sekarangpun Gadis tak habis pikir, kenapa mantan pacar tega teganya melakukan itu. Padahal antara Gadis sama dia udah sepakat: PUTUS! Yang artinya, tak semestinya saling mengusik. Sejak gadis pisahan ma dia, sedikitpun gadis tak pernah ingin menginggatnya, melihatnya, atau bahkan mendengar namanya. Tapi bukan berarti gadis menganggap dia sebagai musuh. Bukan begitu maksud gadis. Tak lebih dan tak kurang, agar gadis dan dia sama-sama peroleh ketenangan dijalan berbeda. Bukankah kegagalan awal pembelajaran yang baik?

Tak sedikitpun Gadis menyangka, dia bakal menteror dikemudian harinya. Dan Gadis menyadari apa yang dia lakukan saat ini, mungkin sebagai pelampiasan dendam dan rasa sakit hati.Bisa jadi begitu, karena Gadis sudah TAK SUDI baikan lagi meski ia bersimpuh atau menangis darah sekalipun. Terlebih setelah menyadari kebobrokan moralitasnya. Sekiranya hanya Tuhan yang tahu betapa gadis semakin takut membuka ruang hati kepada orang lain. Bukan karena masih suka dia atau takut ancaman dia, tetapi gadis takut kejadian serupa bakal terjadi lagi. Sudah cukup Gadis menangis dalam keletihan karena ulah asmara.*bersambung…*

Minggu, 21 September 2008

LAKI-LAKI MISTERIUS

Sudah seminggu ini, pemuda bermata teduh itu datang padaku. Mengoda pikiran dan mengajakku berjalan pada ruang ruang penuh misteri. Aku, selalu saja tak bisa menolak hadirnya, bahkan sekedar menghindarinya pun aku tak bisa. Selalu,selalu,dan selalu begitu.Pernah suatu malam, pemuda itu meraih tubuhku,mengajak menikmati indah nya pelangi sore hari. Dan keesokanya lagi, dia menarik tanganku mengajak bermain ditepi pantai. Seolah dia tlah mengerti segala tentang hati, kehidupan dan kemauanku. Diberinya aku, senyumnya yang indah itu. So sweet deh pokoknya ….*suit..suit…*

Dan tahukah anda, tiap kali dia datang, selalu membawakan aku seikat kembang. Yang harumnya, ehm… menyusup hinga kepori pori. Sesaat kawan, aku terbius. Sebelum akhirnya, aku menjerit ngeri. I don’t like,swer!. Kenapa pemuda itu harus menganggu tidurku? Kenapa harus hadir disetiap mimpi mimpi ku? Kenapa? Dan, siapakah gerangan dia? siapa? Apakah pemuda itu hanya akan ada dimimpiku saja? Ataukah, pemuda itu ujud dari pemuda yang selalu menyapa hari dan hatiku akhir akhir ini?

LAKI-LAKI MISTERIUS

Sudah seminggu ini, pemuda bermata teduh itu datang padaku. Mengoda pikiran dan mengajakku berjalan pada ruang ruang penuh misteri. Aku, selalu saja tak bisa menolak hadirnya, bahkan sekedar menghindarinya pun aku tak bisa. Selalu,selalu,dan selalu begitu.Pernah suatu malam, pemuda itu meraih tubuhku,mengajak menikmati indah nya pelangi sore hari. Dan keesokanya lagi, dia menarik tanganku mengajak bermain ditepi pantai. Seolah dia tlah mengerti segala tentang hati, kehidupan dan kemauanku. Diberinya aku, senyumnya yang indah itu. So sweet deh pokoknya ….*suit..suit…*

Dan tahukah anda, tiap kali dia datang, selalu membawakan aku seikat kembang. Yang harumnya, ehm… menyusup hinga kepori pori. Sesaat kawan, aku terbius. Sebelum akhirnya, aku menjerit ngeri. I don’t like,swer!. Kenapa pemuda itu harus menganggu tidurku? Kenapa harus hadir disetiap mimpi mimpi ku? Kenapa? Dan, siapakah gerangan dia? siapa? Apakah pemuda itu hanya akan ada dimimpiku saja? Ataukah, pemuda itu ujud dari pemuda yang selalu menyapa hari dan hatiku akhir akhir ini?

Rabu, 17 September 2008

Lagi, BMI Diperkosa Majikan

Oleh: Kristina Dian S
”Saya sudah berontak, tapi saya kalah. Tangan saya dipegang dua-duanya sama tuan,” kisah Melati, pelan. Telah banyak perlawanan dilakukan, tetapi seolah tak berarti. Berkali menjerit pun tak ada yang mendengar suaranya. Bersyukur, kesempatan akhirnya ia dapatkan. Saat tuannya ini tadi menyandarkan tubuhnya ke dinding dan menduduki pahanya. Tangan Melati berhasil mendorong tubuh tuannya yang telanjang.

Malang benar Melati. Baru pertama kali pergi dan bekerja di luar negeri, ia sudah tak beruntung. Majikan laki-lakinya ternyata seorang ”penjahat seksual”. Melati memutuskan kabur, dan kini tengah memperkarakan tuan di Labour Department dan kepolisian.
Melati (bukan nama sebenarnya), BMI asal Gondang Legi, Malang, benar-benar tak puas mendengar hasil sidang Labour Department yang digelar Senin, lalu. Perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual tuannya tiga bulan lalu itu, merasa gusar. Pasalnya, dalam sidang yang dimulai pukul 09.15, ia hanya diputuskan memperoleh uang tiket, perjalanan pulang, dan upah kerja selama 15 hari. Sedangkan uang notis atau satu bulan gaji, tidak berhasil ia dapatkan.

Perdebatan tentang uang notis antara majikan dan pembantu ini, wajar terjadi. Sang majikan tentu keberatan dan ngotot tidak mau membayar uang notis pekerja asal Jawa Timur ini. Sebab, Melati baru bekerja dua minggu, tetapi sudah memutuskan kabur dari rumahnya. Sebaliknya, si pekerja juga memiliki alasan kuat: tak betah bekerja, lantaran terus-terusan diperkosa tuan. ”Kalau tidak mendapat pelecehan seksual, tidak mungkin saya kabur,” argumentasi Melati dalam sidang yang dihadiri kedua majikannya itu.

Karena kedua pihak saling menuntut, hakim memutuskan: kalau nanti pada sidang polisi (terkait peristiwa kriminalnya), majikan yang menang atau tidak terbukti salah, maka Melati yang ditetapkan membayar uang notis kepada majikan. Tetapi jika Melati dinyatakan tidak bersalah, maka majikanlah yang harus membayar uang notis. Dengan demikian, sama artinya Melati tidak memperoleh uang notis pada sidang Labour hari itu. Pasalnya, keputusan baru akan didapat nanti dalam sidang polisi.

Yang jadi persoalan, tentu jika Melati terus menindaklanjuti atau tidak menarik laporan pemerkosaan yang telanjur ditangani polisi. Sedangkan bila kasusnya dihentikan hanya sampai di sidang Labour Departement, bisa jadi, BMI yang telah di-”sentuh” majikan laki-lakinya ini tak beroleh uang ganti rugi sama sekali.

Kepada Apakabar, Melati menyampaikan keraguannya menindaklanjuti kasus pelecehan itu. Meskipun bukti yang ia miliki – berupa baju – dalam masih ada sidik jari. ”Saya belum tahu, apakah dilanjutkan atau saya hentikan, mengingat kasus kriminal membutuhkan waktu lama,” ujarnya. Melati kemudian menuturkan kronologi kejadiannya.

Sejak pertama kali dijemput majikan laki-laki di kantor agen, sehari setelah Melati mendarat di Hong Kong, sang majikan sudah menunjukkan gelagat yang kurang baik. Aroma tak sedap itu semakin tajam, begitu mereka keluar dari kantor agen. Melati, yang baru pertama kali pergi ke luar negeri, diajak menuju ke salah satu ruangan di samping kantor agen.

Menurut Melati, yang kini tinggal sementara di shelter ATKI (Bathune House), ruangan mirip pabrik produksi makanan di daerah Tai Wo itu sangat sepi. Tak satu manusia pun terlihat di sana. Awalnya, tuan hanya memotret tubuhnya. Tetapi lama kelamaan, sang majikan mulai berbuat tak senonoh.

Dalam keadaan masih memakai pakaian lengkap, ia dipeluk, bahkan – maaf – payudaranya diremas dengan keras. Spontan, Melati langsung berteriak. Namun, suaranya seolah ditelan angin. Tak seorang pun mendengar teriakan gadis kelahiran 2 Februari 1982 ini. Sampai kemudian, sang majikan mengajaknya pulang ke rumah di Kota Tai Po, NT.

Keesokan harinya, sekitar pukul 5 sore, BMI yang ditugasi merawat dua anak ini, kembali mendapat perlakuan kurang baik dari majikannya. ”Hari itu Minggu, 4 Maret,” kenangnya. Tak lama setelah nyonya dan kedua anaknya pergi jalan-jalan, Melati dihampiri majikan laki-lakinya. Saat itu, ia sedang duduk di kursi kecil di samping jendela sambil belajar bahasa Kanton.

Tiba-tiba, tuan menarik tangannya. Di kamar anaknya, si tuan memperlakukanya lebih parah dari sebelumnya. Pakaian Melati dilucuti, didorong, lalu ditindih. Yang menyedihkan, tuan bersikap biasa-biasa saja. Seolah tidak terjadi apa-apa, usai puas melampiaskan hasratnya. ”Sedikitpun tak ada perasaan bersalah dan berdosa di wajah tuanku,” tutur Melati yang selalu terbayang peristiwa itu.

Setelah kejadian pada tanggal merah itu, majikannya tidak lagi berulah selama beberapa hari. ”Paling hanya senyum-senyum,” ujarnya. Tetapi, kejadian lebih parah ternyata masih harus ia terima. Sampai akhirnya, Melati memutuskan kabur dari tempatnya bekerja dan pergi melapor ke polisi pada malam harinya.

Peristiwanya terjadi pada Sabtu pagi (17/3). Majikan perempua telah berangkat kerja. Sementara, tuan sedang menikmati hari liburnya, tidur di kamar. Ketika sedang bersih-bersih rumah, tak tahu dari mana datangnya, tiba-tiba tuan langsung menarik tangan Melati ke kamar majikan. Tanpa banyak kata, laki-laki yang telah memiliki dua anak itu berusaha melepaskan pakaian yang melekat di tubuh pekerja Indonesia ini. Lantas, ia didorong dan ditindih di atas tempat tidur.

”Saya sudah berontak, tapi saya tetap kalah. Soalnya, tangan saya dipegang dua-duanya,” kisah Melati, pelan. Telah banyak perlawanan yang ia lakukan, tetapi semua seolah tak berarti. Berkali-kali ia menjerit pun tak ada yang mendengar suaranya. Bersyukur, kesempatan akhirnya ia dapatkan. Saat tuan menyandarkan tubuhnya ke dinding dan menduduki pahanya, tangan Melati berhasil mendorong tubuh tuan yang telanjang.
Ia berteriak kencang, sampai kedua anak asuhnya terbangun. Keduanya lalu buru-buru mengenakan pakaian, setelah sebelumnya sempat terjadi adegan rebutan celana dalam. Ketimbang urusan bertambah runyam, Melati akhirnya mengambil keputusan untuk kabur dari tempat terkutuk itu, meski tanpa sepeser uang di tangan.

Lagi, BMI Diperkosa Majikan

Oleh: Kristina Dian S
”Saya sudah berontak, tapi saya kalah. Tangan saya dipegang dua-duanya sama tuan,” kisah Melati, pelan. Telah banyak perlawanan dilakukan, tetapi seolah tak berarti. Berkali menjerit pun tak ada yang mendengar suaranya. Bersyukur, kesempatan akhirnya ia dapatkan. Saat tuannya ini tadi menyandarkan tubuhnya ke dinding dan menduduki pahanya. Tangan Melati berhasil mendorong tubuh tuannya yang telanjang.

Malang benar Melati. Baru pertama kali pergi dan bekerja di luar negeri, ia sudah tak beruntung. Majikan laki-lakinya ternyata seorang ”penjahat seksual”. Melati memutuskan kabur, dan kini tengah memperkarakan tuan di Labour Department dan kepolisian.
Melati (bukan nama sebenarnya), BMI asal Gondang Legi, Malang, benar-benar tak puas mendengar hasil sidang Labour Department yang digelar Senin, lalu. Perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual tuannya tiga bulan lalu itu, merasa gusar. Pasalnya, dalam sidang yang dimulai pukul 09.15, ia hanya diputuskan memperoleh uang tiket, perjalanan pulang, dan upah kerja selama 15 hari. Sedangkan uang notis atau satu bulan gaji, tidak berhasil ia dapatkan.

Perdebatan tentang uang notis antara majikan dan pembantu ini, wajar terjadi. Sang majikan tentu keberatan dan ngotot tidak mau membayar uang notis pekerja asal Jawa Timur ini. Sebab, Melati baru bekerja dua minggu, tetapi sudah memutuskan kabur dari rumahnya. Sebaliknya, si pekerja juga memiliki alasan kuat: tak betah bekerja, lantaran terus-terusan diperkosa tuan. ”Kalau tidak mendapat pelecehan seksual, tidak mungkin saya kabur,” argumentasi Melati dalam sidang yang dihadiri kedua majikannya itu.

Karena kedua pihak saling menuntut, hakim memutuskan: kalau nanti pada sidang polisi (terkait peristiwa kriminalnya), majikan yang menang atau tidak terbukti salah, maka Melati yang ditetapkan membayar uang notis kepada majikan. Tetapi jika Melati dinyatakan tidak bersalah, maka majikanlah yang harus membayar uang notis. Dengan demikian, sama artinya Melati tidak memperoleh uang notis pada sidang Labour hari itu. Pasalnya, keputusan baru akan didapat nanti dalam sidang polisi.

Yang jadi persoalan, tentu jika Melati terus menindaklanjuti atau tidak menarik laporan pemerkosaan yang telanjur ditangani polisi. Sedangkan bila kasusnya dihentikan hanya sampai di sidang Labour Departement, bisa jadi, BMI yang telah di-”sentuh” majikan laki-lakinya ini tak beroleh uang ganti rugi sama sekali.

Kepada Apakabar, Melati menyampaikan keraguannya menindaklanjuti kasus pelecehan itu. Meskipun bukti yang ia miliki – berupa baju – dalam masih ada sidik jari. ”Saya belum tahu, apakah dilanjutkan atau saya hentikan, mengingat kasus kriminal membutuhkan waktu lama,” ujarnya. Melati kemudian menuturkan kronologi kejadiannya.

Sejak pertama kali dijemput majikan laki-laki di kantor agen, sehari setelah Melati mendarat di Hong Kong, sang majikan sudah menunjukkan gelagat yang kurang baik. Aroma tak sedap itu semakin tajam, begitu mereka keluar dari kantor agen. Melati, yang baru pertama kali pergi ke luar negeri, diajak menuju ke salah satu ruangan di samping kantor agen.

Menurut Melati, yang kini tinggal sementara di shelter ATKI (Bathune House), ruangan mirip pabrik produksi makanan di daerah Tai Wo itu sangat sepi. Tak satu manusia pun terlihat di sana. Awalnya, tuan hanya memotret tubuhnya. Tetapi lama kelamaan, sang majikan mulai berbuat tak senonoh.

Dalam keadaan masih memakai pakaian lengkap, ia dipeluk, bahkan – maaf – payudaranya diremas dengan keras. Spontan, Melati langsung berteriak. Namun, suaranya seolah ditelan angin. Tak seorang pun mendengar teriakan gadis kelahiran 2 Februari 1982 ini. Sampai kemudian, sang majikan mengajaknya pulang ke rumah di Kota Tai Po, NT.

Keesokan harinya, sekitar pukul 5 sore, BMI yang ditugasi merawat dua anak ini, kembali mendapat perlakuan kurang baik dari majikannya. ”Hari itu Minggu, 4 Maret,” kenangnya. Tak lama setelah nyonya dan kedua anaknya pergi jalan-jalan, Melati dihampiri majikan laki-lakinya. Saat itu, ia sedang duduk di kursi kecil di samping jendela sambil belajar bahasa Kanton.

Tiba-tiba, tuan menarik tangannya. Di kamar anaknya, si tuan memperlakukanya lebih parah dari sebelumnya. Pakaian Melati dilucuti, didorong, lalu ditindih. Yang menyedihkan, tuan bersikap biasa-biasa saja. Seolah tidak terjadi apa-apa, usai puas melampiaskan hasratnya. ”Sedikitpun tak ada perasaan bersalah dan berdosa di wajah tuanku,” tutur Melati yang selalu terbayang peristiwa itu.

Setelah kejadian pada tanggal merah itu, majikannya tidak lagi berulah selama beberapa hari. ”Paling hanya senyum-senyum,” ujarnya. Tetapi, kejadian lebih parah ternyata masih harus ia terima. Sampai akhirnya, Melati memutuskan kabur dari tempatnya bekerja dan pergi melapor ke polisi pada malam harinya.

Peristiwanya terjadi pada Sabtu pagi (17/3). Majikan perempua telah berangkat kerja. Sementara, tuan sedang menikmati hari liburnya, tidur di kamar. Ketika sedang bersih-bersih rumah, tak tahu dari mana datangnya, tiba-tiba tuan langsung menarik tangan Melati ke kamar majikan. Tanpa banyak kata, laki-laki yang telah memiliki dua anak itu berusaha melepaskan pakaian yang melekat di tubuh pekerja Indonesia ini. Lantas, ia didorong dan ditindih di atas tempat tidur.

”Saya sudah berontak, tapi saya tetap kalah. Soalnya, tangan saya dipegang dua-duanya,” kisah Melati, pelan. Telah banyak perlawanan yang ia lakukan, tetapi semua seolah tak berarti. Berkali-kali ia menjerit pun tak ada yang mendengar suaranya. Bersyukur, kesempatan akhirnya ia dapatkan. Saat tuan menyandarkan tubuhnya ke dinding dan menduduki pahanya, tangan Melati berhasil mendorong tubuh tuan yang telanjang.
Ia berteriak kencang, sampai kedua anak asuhnya terbangun. Keduanya lalu buru-buru mengenakan pakaian, setelah sebelumnya sempat terjadi adegan rebutan celana dalam. Ketimbang urusan bertambah runyam, Melati akhirnya mengambil keputusan untuk kabur dari tempat terkutuk itu, meski tanpa sepeser uang di tangan.

Minggu, 14 September 2008

KANGEEEN.....

“Kuingin engkau mencintaiku apa adanya
Ku bukan superstar kaya dan terkenal
Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal
Ku bukan bangsawan, ku bukan priyayi
Ku hanyalah orang yang ingin dicintai”
(Sebait lirik dari seseorang setelah ia memberikan sesuatu yg indah) sebelum kepergiannya.


Berkali pemuda berkaca mata hitam ini bilang kangen, rindu pada gadis. Tapi rasa itu bukan hanya untuk gadis seorang, lho!. Masih banyak sederet nama yang di sebut seperti Antown, Bunda(Eucalyptus), Ani, Om Fiz, POO, Mpok Novee, Rezki, Abiyasa, Nina, Xero,dan entah siapa lagi. Gadis lupa. *maafkan,engkau yg terlupakan*. Katanya ia kangen,kangen, kangen,kangeeeen….” Tapi mereka kangen sama aku gak,ya?”Tanya QIE pada gadis. Ehm..gadis harus jawab gimana ya? Gadis khan gak tahu. Mudah mudahan perasaan mereka sama dengan perasaan gadis. Kangen!. Kangen canda, tawa dan marah QIE..*pemuda lain dilarang salah sangka. Pokoknya gadis dan arek suroboyo ini gak ada udang dibalik kuali.he..he… . Sekedar berteman, doang…*

Gadis pernah marah ama QIE, kalo kangen, kenapa QIEharus menghilang sekian lama?kenapa hanya meninggalkan jejak sesaat, lalu menghilang tanpa bisa dikejar?kenapa? apakah seperti ini sifat blogger sejati? Oh nooooooo.

KANGEEEN.....

“Kuingin engkau mencintaiku apa adanya
Ku bukan superstar kaya dan terkenal
Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal
Ku bukan bangsawan, ku bukan priyayi
Ku hanyalah orang yang ingin dicintai”
(Sebait lirik dari seseorang setelah ia memberikan sesuatu yg indah) sebelum kepergiannya.


Berkali pemuda berkaca mata hitam ini bilang kangen, rindu pada gadis. Tapi rasa itu bukan hanya untuk gadis seorang, lho!. Masih banyak sederet nama yang di sebut seperti Antown, Bunda(Eucalyptus), Ani, Om Fiz, POO, Mpok Novee, Rezki, Abiyasa, Nina, Xero,dan entah siapa lagi. Gadis lupa. *maafkan,engkau yg terlupakan*. Katanya ia kangen,kangen, kangen,kangeeeen….” Tapi mereka kangen sama aku gak,ya?”Tanya QIE pada gadis. Ehm..gadis harus jawab gimana ya? Gadis khan gak tahu. Mudah mudahan perasaan mereka sama dengan perasaan gadis. Kangen!. Kangen canda, tawa dan marah QIE..*pemuda lain dilarang salah sangka. Pokoknya gadis dan arek suroboyo ini gak ada udang dibalik kuali.he..he… . Sekedar berteman, doang…*

Gadis pernah marah ama QIE, kalo kangen, kenapa QIEharus menghilang sekian lama?kenapa hanya meninggalkan jejak sesaat, lalu menghilang tanpa bisa dikejar?kenapa? apakah seperti ini sifat blogger sejati? Oh nooooooo.

Rabu, 10 September 2008

Ngoceh Dewe Wae

Award merupakan lambang per-skandal-an antar blogger. Apa iya? Ya gak tahu. Setahuku sih lambang persahabatan, bukan perskandalan seperti yang kamu bilang itu. Lha apa bedanya? Ya beda dong. Kalo skandal itu khan hamper sama dengan perselingkuhan tapi kalo persahabatan ya koncoan itu. Tapi kalo koncoan di kotori dgn perselingkuhan? ya itulah yang disebut skandal. Apa iya? Ya gak tahu.he..he.. Sepurane, otak lagi bleng. Makane ngomong dewe, nguyu dewe, nangis dewe, pokok’e serba dewe, soale gak enek sing duwe.he.he…

Apa yang membuatmu berubah sih,Dis?banyak hal, diantaranya merasa berdosa pada para rentenir yang kemarin ngasih pinjaman dengan bunga selangit.*gubrak!* Opo tho dis? Gak mudeng yowes, pokoknya aku sekarang mau membayar hutang dan gak mo ngasih pinjaman ke orang lain lagi. Ini dia rentenir2 yg baik hati, yang sayang, and take care ma aku. Terima kasih cinta, lain kali diulangi lagi ya, dan aku tidak akan pernah mengampuni,huehe..he..*niru gaya tawa Bang Andi*

BRILLANTE WEBLOG AWARD dari: EivenGusky, sicakep yang satu ini emang nakal dipilih malah balik milih. Ivana: txs ya cantik*gak pa pa dijadiin langganan. Bali Sugar yang selalu datang dan pergi dari sisi diri ini.Andi Pangeran , ngasih award kagak ada omongan.GREAD BUDDY AWARD: Dari Oping,yang lagi berusaha menaklukkan dunia, Wendra yang kemarin menjuarai lomba menulis dikalangan blogger, Indah,*ibu yang satu ini juga sangat cinta ma aku, atu lom dikerjakan dah dikasih lagi*, 0e0es, cowok Situbondo *bondo opo yo?* dan dari sohibku Pesisir Kidul, yang perhatianya sungguh luar biasa. Txs emailnya. POEM OF FRIENSHIPE AWARD from Nandien, adikku yang barusan menikah, dari Bunda Rierie,seorang ibu berwajah ayu, serta dari Bung Herdin yang selalu membawakan bubur untukku dgn KREATIV BLOGGER AWARD. Kalo, Noki, MamaRafi, Eddy.P, Rezki, Baguz mantan rentenirku dulu.*hi..hi..* .Moga tali silaturahmi tetap terjaga sampai Kapanpun marah. Lho??

Ngoceh Dewe Wae

Award merupakan lambang per-skandal-an antar blogger. Apa iya? Ya gak tahu. Setahuku sih lambang persahabatan, bukan perskandalan seperti yang kamu bilang itu. Lha apa bedanya? Ya beda dong. Kalo skandal itu khan hamper sama dengan perselingkuhan tapi kalo persahabatan ya koncoan itu. Tapi kalo koncoan di kotori dgn perselingkuhan? ya itulah yang disebut skandal. Apa iya? Ya gak tahu.he..he.. Sepurane, otak lagi bleng. Makane ngomong dewe, nguyu dewe, nangis dewe, pokok’e serba dewe, soale gak enek sing duwe.he.he…

Apa yang membuatmu berubah sih,Dis?banyak hal, diantaranya merasa berdosa pada para rentenir yang kemarin ngasih pinjaman dengan bunga selangit.*gubrak!* Opo tho dis? Gak mudeng yowes, pokoknya aku sekarang mau membayar hutang dan gak mo ngasih pinjaman ke orang lain lagi. Ini dia rentenir2 yg baik hati, yang sayang, and take care ma aku. Terima kasih cinta, lain kali diulangi lagi ya, dan aku tidak akan pernah mengampuni,huehe..he..*niru gaya tawa Bang Andi*

BRILLANTE WEBLOG AWARD dari: EivenGusky, sicakep yang satu ini emang nakal dipilih malah balik milih. Ivana: txs ya cantik*gak pa pa dijadiin langganan. Bali Sugar yang selalu datang dan pergi dari sisi diri ini.Andi Pangeran , ngasih award kagak ada omongan.GREAD BUDDY AWARD: Dari Oping,yang lagi berusaha menaklukkan dunia, Wendra yang kemarin menjuarai lomba menulis dikalangan blogger, Indah,*ibu yang satu ini juga sangat cinta ma aku, atu lom dikerjakan dah dikasih lagi*, 0e0es, cowok Situbondo *bondo opo yo?* dan dari sohibku Pesisir Kidul, yang perhatianya sungguh luar biasa. Txs emailnya. POEM OF FRIENSHIPE AWARD from Nandien, adikku yang barusan menikah, dari Bunda Rierie,seorang ibu berwajah ayu, serta dari Bung Herdin yang selalu membawakan bubur untukku dgn KREATIV BLOGGER AWARD. Kalo, Noki, MamaRafi, Eddy.P, Rezki, Baguz mantan rentenirku dulu.*hi..hi..* .Moga tali silaturahmi tetap terjaga sampai Kapanpun marah. Lho??

Minggu, 07 September 2008

Transaksi Narkoba, Dua TKW Hong Kong Ditangkap

Oleh: Kristina Dian Safitry
WAN CHAI – Sepandai pandai tupai melompat, akhirnya terjatuh juga. Begitulah naas yang menimpa J dan D, dua orang TKW asal Jawa Timur, pada Minggu, sekitar pukul 3.30. Keduanya tertangkap basah oleh polisi seusai melakukan transaksi narkoba di daerah Wan Chai. Mereka disita bersama barang bukti berupa 61 butir pil ekstasi alias inex.

Dini hari itu, tak seperti biasa, J melenggang masuk ke sebuah building yang tak jauh dari diskotek Neptune. Ia menuju lantai 8, didampingi D, pasangan lesbinya. Hari itu adalah kali pertama J mengajak D, BMI yang sudah lima tahun bekerja di daerah Apreecau. Sebelum ini, J biasa mengambil barang ke bandar atasnya ditemani S yang sesama pengedar. Namun, S kali ini menunggu di sekitar tempat itu, sesuai permintaan J yang mengaku sudah ditemani D.

Setelah menerima 61 butir pil setan dari berbagai jenis, oleh J, barang tersebut langsung dibungkus tisu. J tak keberatan barang itu dipegang D, gadis 23 tahun. Selanjutnya, dengan barang bukti (BB) dalam genggaman D, berdua mereka kembali turun ke lantai dasar dengan mengunakan lift yang sama.

Apes. Sesampai di lantai dasar, beberapa polisi rupanya telah menunggu. Mereka panik dan bingung, tapi masih berusaha tenang. Sampai kemudian, ketika J diminta KTP oleh polisi, D buru-buru membuang BB ke tempat sampah yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Sial, butiran pil itu malah berhamburan dan meninggalkan suara saat masuk tong sampah kosong.

Perhatian polisi yang sedang memintai keterangan J, langsung tertuju ke tong sampah, juga D. Merasa curiga, sebagian polisi langsung mengorek tempat sampah tersebut dan menemukan BB tadi. Saat itu juga, BMI asal Sumber Pucung dan Blitar itu langsung dicokok dan digelandang ke kantor polisi.

Menurut keterangan beberapa pelanggan J, yang ditemui Apakabar di diskotek Neptune dan Boraqe, baru sekali itu J berurusan dengan polisi meski sudah hampir setahun menjadi pengedar, juga pemakai inex. ”Sudah lama saya kenal J dan D. Tapi selama itu, dia aman-aman saja beraksi,” cetus seorang BMI tomboi, yang enggan disebut namanya.

Masih menurut dia, hubungan J dengan para pelanggan sejauh ini terjalin cukup baik, sehingga pelanggannya terus bertambah. ”Kami curiga, jangan-jangan ada yang sengaja melaporkan mereka kepada polisi,” imbuh si BMI, yang mengaku mulai berlangganan pil setan ke J sejak akhir 2006.

Meski banyak yang berpendapat kedua BMI ditahan polisi karena rekan seprofesi, namun ada sebagian lain yang menyebut hal itu murni karena kecerobohan mereka sendiri. Namun, ada juga rumor yang menyatakan, sejak 25 Maret lalu J menjadi buron polisi dengan dugaan membunuh majikan. ”Kabarnya sih, J dikejar-kejar polisi sejak seminggu lalu,” ujar salah seorang anggota kelompok itu, diamini rekan-rekannya.

Menurut beberapa sumber yang minta dirahasiakan namanya, pada hari Minggu, sepekan sebelum J tertangkap, sang majikan yang berusia 42 tahun meninggal dunia. Kabar burung menyebut, J sengaja membunuh majikan dengan inex. Ada juga yang bilang, J membunuh majikan dengan caranya sendiri.

Menanggapi gosip-gosip miring itu, J yang akhirnya berhasil dihubungi Apakabar via ponselnya, Senin sore (9/4), langsung membantah. ”Kalau saya dituduh membunuh majikan, kenapa saya masih bisa berkeliaran dan bekerja di rumahnya? Wong, saya ini sayang banget sama mama,” aku J, memakai istilah ”mama” untuk menyebut sang nyonya.

Usai berbincang dengan pelanggan J, yang hari itu turut prihatin atas ”musibah” yang menimpa rekannya, Apakabar meluncur ke Police Station Wan Chai. Sayang, kedua BMI masih berada di ruang interogasi dan tak bisa ditemui. Namun, salah seorang polisi membenarkan bahwa pihaknya memang telah menangkap pekerja asal Indonesia dengan barang bukti 61 butir obat di salah satu building yang biasa dijadikan tempat transaksi obat terlarang.

Esok harinya, Senin (2/4), Apakabar kembali datang ke kantor polisi, berharap bisa bertemu dengan kedua tersangka, terutama J yang lama dikenal sebagai pengedar narkoba. Lagi-lagi, Apakabar harus pulang dengan tangan kosong. Menurut pihak kepolisian, kedua BMI telah dibebaskan dengan bersyarat, setelah disidang di Saiwan Ho, pukul 10 pagi.

Putusan bebas bersyarat diberikan, lanjut polisi, karena kedua pekerja memiliki penanggung jawab atau majikan. Sehingga, setelah semalam menginap di tahanan, keduanya diizinkan kembali bekerja di rumah majikan. Itu pun setelah majikan memberikan keterangan kepada polisi bahwa ”pembantunya baik”. Terhadap J dan D juga dikenai jaminan minimal HK$ 500. Namun, kepada Apakabar, J mengaku memberikan HK$ 1.000 sebagai jaminan atas pembebasannya.

J enggan berkomentar banyak perihal penangkapannya. ”Percuma berkomentar, sebab hasil sidang kasus saya baru akan diputuskan pada bulan Mei,” kata BMI yang sudah delapan tahun bekerja di Hong Kong itu. Menurut J, kepada polisi maupun pengadilan, ia memberikan keterangan bahwa BB tersebut adalah miliknya, bukan milik D yang hari itu hanya kebetulan sedang bersama.

”Sengaja saya lakukan ini, karena saya tidak rela D yang masa depannya masih panjang harus meringkuk di balik terali besi selama 15 tahun, atau dengan perhitungan satu butir ekstasi satu tahun penjara,” kata J. Sebuah tragedi yang, tentu saja, tak patut dicontoh oleh BMI yang lain.

Transaksi Narkoba, Dua TKW Hong Kong Ditangkap

Oleh: Kristina Dian Safitry
WAN CHAI – Sepandai pandai tupai melompat, akhirnya terjatuh juga. Begitulah naas yang menimpa J dan D, dua orang TKW asal Jawa Timur, pada Minggu, sekitar pukul 3.30. Keduanya tertangkap basah oleh polisi seusai melakukan transaksi narkoba di daerah Wan Chai. Mereka disita bersama barang bukti berupa 61 butir pil ekstasi alias inex.

Dini hari itu, tak seperti biasa, J melenggang masuk ke sebuah building yang tak jauh dari diskotek Neptune. Ia menuju lantai 8, didampingi D, pasangan lesbinya. Hari itu adalah kali pertama J mengajak D, BMI yang sudah lima tahun bekerja di daerah Apreecau. Sebelum ini, J biasa mengambil barang ke bandar atasnya ditemani S yang sesama pengedar. Namun, S kali ini menunggu di sekitar tempat itu, sesuai permintaan J yang mengaku sudah ditemani D.

Setelah menerima 61 butir pil setan dari berbagai jenis, oleh J, barang tersebut langsung dibungkus tisu. J tak keberatan barang itu dipegang D, gadis 23 tahun. Selanjutnya, dengan barang bukti (BB) dalam genggaman D, berdua mereka kembali turun ke lantai dasar dengan mengunakan lift yang sama.

Apes. Sesampai di lantai dasar, beberapa polisi rupanya telah menunggu. Mereka panik dan bingung, tapi masih berusaha tenang. Sampai kemudian, ketika J diminta KTP oleh polisi, D buru-buru membuang BB ke tempat sampah yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Sial, butiran pil itu malah berhamburan dan meninggalkan suara saat masuk tong sampah kosong.

Perhatian polisi yang sedang memintai keterangan J, langsung tertuju ke tong sampah, juga D. Merasa curiga, sebagian polisi langsung mengorek tempat sampah tersebut dan menemukan BB tadi. Saat itu juga, BMI asal Sumber Pucung dan Blitar itu langsung dicokok dan digelandang ke kantor polisi.

Menurut keterangan beberapa pelanggan J, yang ditemui Apakabar di diskotek Neptune dan Boraqe, baru sekali itu J berurusan dengan polisi meski sudah hampir setahun menjadi pengedar, juga pemakai inex. ”Sudah lama saya kenal J dan D. Tapi selama itu, dia aman-aman saja beraksi,” cetus seorang BMI tomboi, yang enggan disebut namanya.

Masih menurut dia, hubungan J dengan para pelanggan sejauh ini terjalin cukup baik, sehingga pelanggannya terus bertambah. ”Kami curiga, jangan-jangan ada yang sengaja melaporkan mereka kepada polisi,” imbuh si BMI, yang mengaku mulai berlangganan pil setan ke J sejak akhir 2006.

Meski banyak yang berpendapat kedua BMI ditahan polisi karena rekan seprofesi, namun ada sebagian lain yang menyebut hal itu murni karena kecerobohan mereka sendiri. Namun, ada juga rumor yang menyatakan, sejak 25 Maret lalu J menjadi buron polisi dengan dugaan membunuh majikan. ”Kabarnya sih, J dikejar-kejar polisi sejak seminggu lalu,” ujar salah seorang anggota kelompok itu, diamini rekan-rekannya.

Menurut beberapa sumber yang minta dirahasiakan namanya, pada hari Minggu, sepekan sebelum J tertangkap, sang majikan yang berusia 42 tahun meninggal dunia. Kabar burung menyebut, J sengaja membunuh majikan dengan inex. Ada juga yang bilang, J membunuh majikan dengan caranya sendiri.

Menanggapi gosip-gosip miring itu, J yang akhirnya berhasil dihubungi Apakabar via ponselnya, Senin sore (9/4), langsung membantah. ”Kalau saya dituduh membunuh majikan, kenapa saya masih bisa berkeliaran dan bekerja di rumahnya? Wong, saya ini sayang banget sama mama,” aku J, memakai istilah ”mama” untuk menyebut sang nyonya.

Usai berbincang dengan pelanggan J, yang hari itu turut prihatin atas ”musibah” yang menimpa rekannya, Apakabar meluncur ke Police Station Wan Chai. Sayang, kedua BMI masih berada di ruang interogasi dan tak bisa ditemui. Namun, salah seorang polisi membenarkan bahwa pihaknya memang telah menangkap pekerja asal Indonesia dengan barang bukti 61 butir obat di salah satu building yang biasa dijadikan tempat transaksi obat terlarang.

Esok harinya, Senin (2/4), Apakabar kembali datang ke kantor polisi, berharap bisa bertemu dengan kedua tersangka, terutama J yang lama dikenal sebagai pengedar narkoba. Lagi-lagi, Apakabar harus pulang dengan tangan kosong. Menurut pihak kepolisian, kedua BMI telah dibebaskan dengan bersyarat, setelah disidang di Saiwan Ho, pukul 10 pagi.

Putusan bebas bersyarat diberikan, lanjut polisi, karena kedua pekerja memiliki penanggung jawab atau majikan. Sehingga, setelah semalam menginap di tahanan, keduanya diizinkan kembali bekerja di rumah majikan. Itu pun setelah majikan memberikan keterangan kepada polisi bahwa ”pembantunya baik”. Terhadap J dan D juga dikenai jaminan minimal HK$ 500. Namun, kepada Apakabar, J mengaku memberikan HK$ 1.000 sebagai jaminan atas pembebasannya.

J enggan berkomentar banyak perihal penangkapannya. ”Percuma berkomentar, sebab hasil sidang kasus saya baru akan diputuskan pada bulan Mei,” kata BMI yang sudah delapan tahun bekerja di Hong Kong itu. Menurut J, kepada polisi maupun pengadilan, ia memberikan keterangan bahwa BB tersebut adalah miliknya, bukan milik D yang hari itu hanya kebetulan sedang bersama.

”Sengaja saya lakukan ini, karena saya tidak rela D yang masa depannya masih panjang harus meringkuk di balik terali besi selama 15 tahun, atau dengan perhitungan satu butir ekstasi satu tahun penjara,” kata J. Sebuah tragedi yang, tentu saja, tak patut dicontoh oleh BMI yang lain.

Kamis, 04 September 2008

Deritaku Memiliki Dua Suami

"Memiliki dua suami membuatku depresi. Begitu tabir terkuak, kedua suamiku sama-sama mengancam. Aku tersudut tanpa ada celah mengutarakan alasan. Qosim, suami pertamaku mengancam akan minum racun yang dicampur dengan bubur bersama anak kami supaya mati bersama. Sementara suamiku yg di Taiwan juga bersikap demikian. Ia bisa membuatku tidak bisa bertemu dengan anak kami yang masih balita.Aku makin binggung. Aku tak bisa memilih satu dari suami yang sama-sama menyayangiku."

Sikap suamiku yang berubah temperamental sejak dipecat atasannya, mendorongku untuk berangkat ke Taiwan mencari modal. Namun modal belum sempat terkumpul, orang tua memberikan cerita palsu tentang suamiku di tanah air. Bahkan keluarga juga menyuruhku mencari penganti suami orang Taiwan. Dan, akupun mendapatkannya!
Kehadiranku di dunia rupanya tak pernah diinginkan keluarga. Aku dianggap anak sial yang hanya akan mengundang petaka, karena ibu sering jatuh sakit saat mengandungku. Usia kehamilan ibuku baru enam bulan, ketika aku akhirnya harus dilahirkan. Teganya, sudah lahir prematur, bapak dan ibu langsung ingin membuangku. Itu terjadi gara-gara usaha bapak mendadak bangkrut, sehingga perekonomian keluarga langsung tercekik.

Bersyukur, kakek dan nenek yang mengetahui rencana orang tua langsung mengambilku. Mereka tak setuju cucunya dibuang. Akhirnya sejak bayi aku di asuh oleh kakek nenek yang kehidupannya sangat sederhana. Sewaktu masih bayi, kata kakek nenek aku sangat lucu dan mengemaskan. Meski baru pada usia 4 tahun aku bisa berjalan. Mereka yakin, kelak aku tumbuh cantik, enerjik dan ....ehm, jadi incaran banyak laki-laki.

Ternyata benar. Di Banjarnegara, kampungku, aku menjadi buah bibir pemuda dusun. Hampir semua penduduk mengenalku. Selain dikenal cantik, rajin, aku juga di kenal ramah. Maklum tiap pulang sekolah, aku keliling kampung berjualan abu merang untuk cari biaya sekolah. Keluarga kandungku-yang sebenarnya kaya raya-sudah tak mau tahu dengan diriku.

Memasuki SMP, kuhentikan menawarkan dagangan keliling kampung. Jujur, perasaan malu mulai mendera, mengingat banyak pemuda yang berusaha mendekat. Tidak sedikit pula yang langsung melamar pada kakek nenek. Namun, semua ditolak. ''Keputusan ada di tangan orang tuamu''kata kakek nenek kepadaku tiap kali ada pemuda yang ingin meminang. Suatu hari, saat usiaku 16 tahun, aku berkenalan dengan pemuda dusun. Perkenalan akrabku dengan Qosim(bukan nama sebenarnya),32 tahun, terjadi di suatu acara pernikahan tetangga kami. Oleh si empunya hajat, aku ditunjuk sebagai penerima tamu. Selepas acara aku langsung di ajak main oleh Qosim. Keluargaku curiga, berprasangka yang tidak-tidak. Padahal waktu iotu kami hanya jalan bareng. Diberi penjelasanpun orang tuaku tetap tak percaya. So? Terlanjur basah, ya mandi sekalian. Qosim mengajakku menikah. Aku tak bisa menolak meski aku belum mengerti apa artinya cinta. Maklum selama itu aku merasa hidup sendiri, merasa jadi anak buangan.

Kami menikah tanpa restu orang tua masing-masing. Secara diam-diam dan hanya di hadiri segelintir teman dekat di KUA kota setempat. Hal itu terpaksaa kami lakukan karena orang tuaku tak setuju menikah mendahului kedua kakakku. Sementara orang tua Qosim tidak rela anaknya menikah dengan penjual abu merang. Memalukan, katanya. Biarpun pesta kecil-kecilan, kami sangat menikmati dan hidup bersama setelah menikah. Qosim membimbingku banyak hal. Ini yang membuatku semakin ''gila''padanya.

Namun belum lama kebahagiaan kudapat, cobaan menghempas kehidupan kami. Tanpa sebab suamiku dipecat atasannya. Ia jadi sering marah-marah. Nada bicaranya kasar, bahkan mulai ringan tangan, meski aku sedang hamil empat bulan. Qosim berusaha bangkit dari keterpurukan, sampai akhirnya ia memulai buka usaha. Malang, belum lama usaha dibangun, ia mengalami kebangkrutan. Modal habis, hutang pun menumpuk. Seketika, sikapnya berubah total. Sosok yang sempat memberiku bahagia, kini memberika air mata duka.

Meski anak kami lahir, sikap Qosim tak juga berubah. Setelah anakku berumur 1,5 tahun kuputuskan pergi dari rumah. Apapun yang terjadi aku nekat mencari duit agar suamiku tak lagi bersikap seperti itu. Setelah tanda tangan dari suami dipalsukan sponsor, aku masuk penampungan dan dibewrangkatkan ke Taiwan delapan bulan kemudian. Menjelang berangkat, suami dan ankku datang ke PT. Sepertinya ia baru tahu jika aku hendak berangkat ke luar negeri.

Terlambat. Aku sudah terlanjur masuk bis pemberangkatan. Saat bis yang hendak mengantarkan kami ke bandara melintasinya, kulihat suamiku mengendong anakku sambil melambaikan tangan. Tak jelas apa yang dikatakan suamiku dengan matanya yang berkaca-kaca. Sementara anak perempuanku satu satunya memanggil namaku, ingin ikut serta. Ku coba menahan air mata dan pura-pura tidak mendengar.

Setelah lima bulan bekerja, aku menelepon ibuku. Sengaja aku tidak mengontak suami, takut ia akan marah. Kata ibu setelah kepergianku, Qosim jarang pulang. Sepanjang hari hanya kelayapan. Pokoknya kata ibu, suamku sudah ndak karuan hidupnya. Aku percaya saja. Rasanya, tak mungkin ibu tega membohongi dan memberikan cerita palsu kepada anaknya. Terus terang, saat itu aku terpengaruh cerita ibu. Sejak itu aku tidak peduli lagi pada Qosim. Bahkan mendengar suaranya pun aku enggan. Dalam kondisi otakku yang kacau, ibu menasehati agar aku tidak mengirimkan uang pada suamiku. Ibu juga menyarankan agar aku mencari suami orang Taiwan. Kepada ibu kahirnya aku rutin mengontak menanyakan kabar anakku juga mengirimkan uang.

Rasa sepi juga sakit hati mendengar cerita ibu tentang Qosim, mendorongku menerima lamaran Walkune(panggil saja begitu), pria Taiwan yang telah sembilan menduda. Ia komandan majikanku. Usianya 40 tahun. Tahu sendiri bagaimana bodi seorang tentara. Gagah, tegap, rapi, bersih, juga baik hati dan ramah. Bersyukur majikan tidak komplin. Bahkan setelah tahu atasannya ada hati padaku, aku di izinkan tinggal dengan Walkune.

Duda keren kaya raya itu amat sayang padaku. Segala permintaanku selalu di turuti. Bersamanya hidupku serba glamour. Aku benar-benar melupakan segalanya. Melupakan sakit hatiku terhadap Qosim yang kata ibu semakin gak genah. Semua tampak indah terlebih sejak hidup bersama tuan tanah di daerah To Yen itu. Kebersamaan itu akhirnya membuat aku hamil. Walkune semakin sayang dan cinta, terlebih setelah aku melahirkan bayi laki-laki yang lucu dan sehat. Setelah anak dari hasil hubunganku dengan Walkune lahir, kami pun menikah secara kekeluargaan di Taiwan.

Juni 2003 aku pulang ketanah air bersama Walkune. Sementara anakku yang masih kecil kutinggal. Bisa dipastikan betapa senang keluargaku. Anaknya yang semula hanya seorang pembantu berhasil mengait duda kaya raya, ganteng dan tidak pelit. Lebih gembira lagi, Walkune memberikan Rp 500 juta kepada keluargaku untuk pernikahan kami di indonesia. Ya, nikah siri terpaksa kami lakukan, karena statusku masih istri orang.

Memiliki dua suami tentu membuatku kebinggungan. Begitu tabir terkuak, kedua suamiku sama-sama mengancam. Aku tersudut tanpa ada celah mengutarakan alasan. Waktu itu aku benar-benar strees berat. Qosin mengancam akan minum racun yang dicampur dengan bubur bersama anak kami supaya mati bersama. Qosim tak setuju aku kembali ke Taiwan, hidup bersama anak dan suami keduaku. Dibayar berapapun-katanya- ia tak akan pernah mau menceraikan aku. Ia masih sayang padaku, mengharapkan aku menjadi istri yang sayang pada suami dan anak.

Memang, sejak kembali dari Taiwan, aku baru tahu aku termakan fitnah keluargaku sendiri. Cerita ibu kepadaku ternyata tidak benar. Ibuku berbohong. Qosim sangat perhatian dan bertanggung jawab. Memeras keringat mencari uang untuk kebutuhan hidup. Sampai saat itu pun meski telah mendengar aku kecantol laki-laki Taiwan, ia tetap setia. Ia tidak berprasangka buruk terhadapku. Orang tuaku memang pintar(atau licik?). Melakukan semua demi uang, tak peduli mengorbankan kebahagiaan anak.

Kacaunya, Walkune tak mau terima aku kembali pada anak dan suamiku yang pertama. Ia mengancam, aku tidak pernah bisa masuk Taiwan, apalagi bertujuan mengambil anak. Ia juga bilang, tidak akan membantuku bertemu dengan anak kami yang masih balita. Jangankan bertemu, mendengar suaranya pun tak bisa. Aku makin binggung. Bagaimana mungkin aku tidak bisa menatap wajah anakku lagi? Saat itu aku hanya bisa menangis. Aku tak bisa memilih satu dari suami yang sama-sama menyayangiku.

Belakangan kuputuskan untuk kembali pada keluargaku yang pertama. Tapi bukan berarti masalahku finish. Kepergian Walkune meninggalkan aku dalam keadaan depresi. Sangat berat aku menerima kenyataan itu. Sebenarnya aku belum mau kehilangan Walkune. Ia mampu membuatku bahagia, menjadikanku manusia yang dihargai. Walkune adalah laki-laki yang penuh cinta. Masalahnya, lagi,lagi, apakah mungkin aku memiliki dua suami? dan, apakah mereka mau menerima?

Dari waktu ke waktu, keadaanku semakin parah. Terlebih saat aku mendapat kabar, Walkune dan anakku di Taiwan telah pindah rumah. Nomor telepon juga diganti. Aku sedih tak bisa lagi mendengar suara mereka. Sementara pasporku sudah di robek-robek Qosim. Aku semakin hilang asa. Hampir dua bulan jiwaku sakit, tertindah beban mental itu. Namun berkat ketulusan, kesabaran dan ketabahan Qosim, lambat laun mata hatiku terbuka. Dibimbingnya aku menapaki kehidupan. Aku harus mengihklaskan kepergian anak dan suami kedua dari hatiku. Toh, suami pertamaku telah berubah, kembali seperti sebelum di PHK. Di mataku, ia kini jauh lebih sempurna. Qosim faham''kebakaran''yang terjadi dalam rumah tangga kami semata dipicu oleh api yang disulut keluargaku.

Setelah sembuh total, aku minta izin berangkat ke Hong Kong. Tapi meski telah jauh melangkah, bayangan Walkune dan anak lelakiku kembali menghantui. Apalagi jika mendengar musik klasik romance yang terekam dalam CD, hatiku terasa teriris. Beratnya, Walkune berhasil menghubungiku di HK. Namun tiap kali kontak, ia tak mau memberikan nomor telepon atau mengizinkan aku berbicara dengan anakku. Ia selalu bilang wo aini. Cinta, kangen dan banyak lagi kata-kata indah yang sedari dulu sering terlontar dari bibirnya. Rupanya ia tak mau menikah lagi, bersabar menatiku kembali ke Taiwan.

Kini masa kontrak kerjaku di HK sudah hampir selesai. Aku ingin hidup tenang bersama anak dan suamiku di tanh air. Masalah harta, insya Allah sudah cukup. Tapi aku masih resah hendak kemana hati ini kubawa? Aku ingin bertemu anak laki-lakiku di Taiwan, meski hanya untuk sesaat. Tapi mungkinkah? Solusi apa yang sebaiknya ku tempuh?

(Di tuturkan ''TY'' kepada Kristina Dian S dari Apakabar)

Deritaku Memiliki Dua Suami

"Memiliki dua suami membuatku depresi. Begitu tabir terkuak, kedua suamiku sama-sama mengancam. Aku tersudut tanpa ada celah mengutarakan alasan. Qosim, suami pertamaku mengancam akan minum racun yang dicampur dengan bubur bersama anak kami supaya mati bersama. Sementara suamiku yg di Taiwan juga bersikap demikian. Ia bisa membuatku tidak bisa bertemu dengan anak kami yang masih balita.Aku makin binggung. Aku tak bisa memilih satu dari suami yang sama-sama menyayangiku."

Sikap suamiku yang berubah temperamental sejak dipecat atasannya, mendorongku untuk berangkat ke Taiwan mencari modal. Namun modal belum sempat terkumpul, orang tua memberikan cerita palsu tentang suamiku di tanah air. Bahkan keluarga juga menyuruhku mencari penganti suami orang Taiwan. Dan, akupun mendapatkannya!
Kehadiranku di dunia rupanya tak pernah diinginkan keluarga. Aku dianggap anak sial yang hanya akan mengundang petaka, karena ibu sering jatuh sakit saat mengandungku. Usia kehamilan ibuku baru enam bulan, ketika aku akhirnya harus dilahirkan. Teganya, sudah lahir prematur, bapak dan ibu langsung ingin membuangku. Itu terjadi gara-gara usaha bapak mendadak bangkrut, sehingga perekonomian keluarga langsung tercekik.

Bersyukur, kakek dan nenek yang mengetahui rencana orang tua langsung mengambilku. Mereka tak setuju cucunya dibuang. Akhirnya sejak bayi aku di asuh oleh kakek nenek yang kehidupannya sangat sederhana. Sewaktu masih bayi, kata kakek nenek aku sangat lucu dan mengemaskan. Meski baru pada usia 4 tahun aku bisa berjalan. Mereka yakin, kelak aku tumbuh cantik, enerjik dan ....ehm, jadi incaran banyak laki-laki.

Ternyata benar. Di Banjarnegara, kampungku, aku menjadi buah bibir pemuda dusun. Hampir semua penduduk mengenalku. Selain dikenal cantik, rajin, aku juga di kenal ramah. Maklum tiap pulang sekolah, aku keliling kampung berjualan abu merang untuk cari biaya sekolah. Keluarga kandungku-yang sebenarnya kaya raya-sudah tak mau tahu dengan diriku.

Memasuki SMP, kuhentikan menawarkan dagangan keliling kampung. Jujur, perasaan malu mulai mendera, mengingat banyak pemuda yang berusaha mendekat. Tidak sedikit pula yang langsung melamar pada kakek nenek. Namun, semua ditolak. ''Keputusan ada di tangan orang tuamu''kata kakek nenek kepadaku tiap kali ada pemuda yang ingin meminang. Suatu hari, saat usiaku 16 tahun, aku berkenalan dengan pemuda dusun. Perkenalan akrabku dengan Qosim(bukan nama sebenarnya),32 tahun, terjadi di suatu acara pernikahan tetangga kami. Oleh si empunya hajat, aku ditunjuk sebagai penerima tamu. Selepas acara aku langsung di ajak main oleh Qosim. Keluargaku curiga, berprasangka yang tidak-tidak. Padahal waktu iotu kami hanya jalan bareng. Diberi penjelasanpun orang tuaku tetap tak percaya. So? Terlanjur basah, ya mandi sekalian. Qosim mengajakku menikah. Aku tak bisa menolak meski aku belum mengerti apa artinya cinta. Maklum selama itu aku merasa hidup sendiri, merasa jadi anak buangan.

Kami menikah tanpa restu orang tua masing-masing. Secara diam-diam dan hanya di hadiri segelintir teman dekat di KUA kota setempat. Hal itu terpaksaa kami lakukan karena orang tuaku tak setuju menikah mendahului kedua kakakku. Sementara orang tua Qosim tidak rela anaknya menikah dengan penjual abu merang. Memalukan, katanya. Biarpun pesta kecil-kecilan, kami sangat menikmati dan hidup bersama setelah menikah. Qosim membimbingku banyak hal. Ini yang membuatku semakin ''gila''padanya.

Namun belum lama kebahagiaan kudapat, cobaan menghempas kehidupan kami. Tanpa sebab suamiku dipecat atasannya. Ia jadi sering marah-marah. Nada bicaranya kasar, bahkan mulai ringan tangan, meski aku sedang hamil empat bulan. Qosim berusaha bangkit dari keterpurukan, sampai akhirnya ia memulai buka usaha. Malang, belum lama usaha dibangun, ia mengalami kebangkrutan. Modal habis, hutang pun menumpuk. Seketika, sikapnya berubah total. Sosok yang sempat memberiku bahagia, kini memberika air mata duka.

Meski anak kami lahir, sikap Qosim tak juga berubah. Setelah anakku berumur 1,5 tahun kuputuskan pergi dari rumah. Apapun yang terjadi aku nekat mencari duit agar suamiku tak lagi bersikap seperti itu. Setelah tanda tangan dari suami dipalsukan sponsor, aku masuk penampungan dan dibewrangkatkan ke Taiwan delapan bulan kemudian. Menjelang berangkat, suami dan ankku datang ke PT. Sepertinya ia baru tahu jika aku hendak berangkat ke luar negeri.

Terlambat. Aku sudah terlanjur masuk bis pemberangkatan. Saat bis yang hendak mengantarkan kami ke bandara melintasinya, kulihat suamiku mengendong anakku sambil melambaikan tangan. Tak jelas apa yang dikatakan suamiku dengan matanya yang berkaca-kaca. Sementara anak perempuanku satu satunya memanggil namaku, ingin ikut serta. Ku coba menahan air mata dan pura-pura tidak mendengar.

Setelah lima bulan bekerja, aku menelepon ibuku. Sengaja aku tidak mengontak suami, takut ia akan marah. Kata ibu setelah kepergianku, Qosim jarang pulang. Sepanjang hari hanya kelayapan. Pokoknya kata ibu, suamku sudah ndak karuan hidupnya. Aku percaya saja. Rasanya, tak mungkin ibu tega membohongi dan memberikan cerita palsu kepada anaknya. Terus terang, saat itu aku terpengaruh cerita ibu. Sejak itu aku tidak peduli lagi pada Qosim. Bahkan mendengar suaranya pun aku enggan. Dalam kondisi otakku yang kacau, ibu menasehati agar aku tidak mengirimkan uang pada suamiku. Ibu juga menyarankan agar aku mencari suami orang Taiwan. Kepada ibu kahirnya aku rutin mengontak menanyakan kabar anakku juga mengirimkan uang.

Rasa sepi juga sakit hati mendengar cerita ibu tentang Qosim, mendorongku menerima lamaran Walkune(panggil saja begitu), pria Taiwan yang telah sembilan menduda. Ia komandan majikanku. Usianya 40 tahun. Tahu sendiri bagaimana bodi seorang tentara. Gagah, tegap, rapi, bersih, juga baik hati dan ramah. Bersyukur majikan tidak komplin. Bahkan setelah tahu atasannya ada hati padaku, aku di izinkan tinggal dengan Walkune.

Duda keren kaya raya itu amat sayang padaku. Segala permintaanku selalu di turuti. Bersamanya hidupku serba glamour. Aku benar-benar melupakan segalanya. Melupakan sakit hatiku terhadap Qosim yang kata ibu semakin gak genah. Semua tampak indah terlebih sejak hidup bersama tuan tanah di daerah To Yen itu. Kebersamaan itu akhirnya membuat aku hamil. Walkune semakin sayang dan cinta, terlebih setelah aku melahirkan bayi laki-laki yang lucu dan sehat. Setelah anak dari hasil hubunganku dengan Walkune lahir, kami pun menikah secara kekeluargaan di Taiwan.

Juni 2003 aku pulang ketanah air bersama Walkune. Sementara anakku yang masih kecil kutinggal. Bisa dipastikan betapa senang keluargaku. Anaknya yang semula hanya seorang pembantu berhasil mengait duda kaya raya, ganteng dan tidak pelit. Lebih gembira lagi, Walkune memberikan Rp 500 juta kepada keluargaku untuk pernikahan kami di indonesia. Ya, nikah siri terpaksa kami lakukan, karena statusku masih istri orang.

Memiliki dua suami tentu membuatku kebinggungan. Begitu tabir terkuak, kedua suamiku sama-sama mengancam. Aku tersudut tanpa ada celah mengutarakan alasan. Waktu itu aku benar-benar strees berat. Qosin mengancam akan minum racun yang dicampur dengan bubur bersama anak kami supaya mati bersama. Qosim tak setuju aku kembali ke Taiwan, hidup bersama anak dan suami keduaku. Dibayar berapapun-katanya- ia tak akan pernah mau menceraikan aku. Ia masih sayang padaku, mengharapkan aku menjadi istri yang sayang pada suami dan anak.

Memang, sejak kembali dari Taiwan, aku baru tahu aku termakan fitnah keluargaku sendiri. Cerita ibu kepadaku ternyata tidak benar. Ibuku berbohong. Qosim sangat perhatian dan bertanggung jawab. Memeras keringat mencari uang untuk kebutuhan hidup. Sampai saat itu pun meski telah mendengar aku kecantol laki-laki Taiwan, ia tetap setia. Ia tidak berprasangka buruk terhadapku. Orang tuaku memang pintar(atau licik?). Melakukan semua demi uang, tak peduli mengorbankan kebahagiaan anak.

Kacaunya, Walkune tak mau terima aku kembali pada anak dan suamiku yang pertama. Ia mengancam, aku tidak pernah bisa masuk Taiwan, apalagi bertujuan mengambil anak. Ia juga bilang, tidak akan membantuku bertemu dengan anak kami yang masih balita. Jangankan bertemu, mendengar suaranya pun tak bisa. Aku makin binggung. Bagaimana mungkin aku tidak bisa menatap wajah anakku lagi? Saat itu aku hanya bisa menangis. Aku tak bisa memilih satu dari suami yang sama-sama menyayangiku.

Belakangan kuputuskan untuk kembali pada keluargaku yang pertama. Tapi bukan berarti masalahku finish. Kepergian Walkune meninggalkan aku dalam keadaan depresi. Sangat berat aku menerima kenyataan itu. Sebenarnya aku belum mau kehilangan Walkune. Ia mampu membuatku bahagia, menjadikanku manusia yang dihargai. Walkune adalah laki-laki yang penuh cinta. Masalahnya, lagi,lagi, apakah mungkin aku memiliki dua suami? dan, apakah mereka mau menerima?

Dari waktu ke waktu, keadaanku semakin parah. Terlebih saat aku mendapat kabar, Walkune dan anakku di Taiwan telah pindah rumah. Nomor telepon juga diganti. Aku sedih tak bisa lagi mendengar suara mereka. Sementara pasporku sudah di robek-robek Qosim. Aku semakin hilang asa. Hampir dua bulan jiwaku sakit, tertindah beban mental itu. Namun berkat ketulusan, kesabaran dan ketabahan Qosim, lambat laun mata hatiku terbuka. Dibimbingnya aku menapaki kehidupan. Aku harus mengihklaskan kepergian anak dan suami kedua dari hatiku. Toh, suami pertamaku telah berubah, kembali seperti sebelum di PHK. Di mataku, ia kini jauh lebih sempurna. Qosim faham''kebakaran''yang terjadi dalam rumah tangga kami semata dipicu oleh api yang disulut keluargaku.

Setelah sembuh total, aku minta izin berangkat ke Hong Kong. Tapi meski telah jauh melangkah, bayangan Walkune dan anak lelakiku kembali menghantui. Apalagi jika mendengar musik klasik romance yang terekam dalam CD, hatiku terasa teriris. Beratnya, Walkune berhasil menghubungiku di HK. Namun tiap kali kontak, ia tak mau memberikan nomor telepon atau mengizinkan aku berbicara dengan anakku. Ia selalu bilang wo aini. Cinta, kangen dan banyak lagi kata-kata indah yang sedari dulu sering terlontar dari bibirnya. Rupanya ia tak mau menikah lagi, bersabar menatiku kembali ke Taiwan.

Kini masa kontrak kerjaku di HK sudah hampir selesai. Aku ingin hidup tenang bersama anak dan suamiku di tanh air. Masalah harta, insya Allah sudah cukup. Tapi aku masih resah hendak kemana hati ini kubawa? Aku ingin bertemu anak laki-lakiku di Taiwan, meski hanya untuk sesaat. Tapi mungkinkah? Solusi apa yang sebaiknya ku tempuh?

(Di tuturkan ''TY'' kepada Kristina Dian S dari Apakabar)