Senin, 19 Januari 2009

KETIKA LANGIT MEMERAH

Kususun sepuluh jemari. Kuhitung telah berapa lama aku dijadikan bahan diskusi. Seperti orang orang yg sibuk mendiskusikan perbuatan Israel terhadap GAZA. Sehari dua hari, seminggu, hingga hitungan bulan, penindasan masih terasa. Selama itu aku menangis meringis getir ditempat tersembunyi. Jauh, ditempat yang tak tersentuh oleh pandangan mata. Mencari dimana kekuatan hidup ini berada. Mencoba tetap diam. Sketsa alamku rupanya tak lagi difahami oleh mereka. Lukisan lukisan awan dibiarkan dalam keangkuhanya. Membiarkan rongga bumi semakin gelap dalam pandangnya.

Ketika langit memerah. Gemuruh gejolak jiwaku gemetar tiada arah. Mulut mulut nyinyir semakin tajir dalam mereka-reka. Berpraduga menutupi keegoannya. Merasa diri benar bertingkah tanpa mau berkaca. Mencela, menghakimi, yang sejatinya untuk menutupi kesalahan diri sendiri. Ataukah manusia seperti ini memang iblis yang bersarang dirumah sang penyamun?
Ketika langit memerah. Selembar kertas terjatuh didepan mata. Kuraih..lalu ku baca……
“Tahukah kamu, setelah dirimu dihina sekarang aku jadi korban berikutnya. Setelah kamu difitnah kini giliranku jadi bahan fitnah mereka. Setelah dirimu disakiti gentian aku yang tersakiti. Dengan diammu, mereka berhenti sendiri. Tapi aku,aku tak kan pernah bisa seperti kamu yang meng- arca. Membiarkan segala aniaya yang kau terima dengan ganasnya. Aku tak bisa! Karena jiwaku tak setegar kamu. Nyanyianku tak semerdu dendangmu. Fikirku tak setajam fikirmu.”
*Terduduk lesu aku di meja kerja itu, sebelum melanjutkan membaca dan melepaskan sesak dada.*
" Perempuan tegar yang kukagumi. Maafkan segala salahku. Aku yang menghinamu karena percaya mulut gatel itu. Aku yang pernah menyakiti hatimu karena termakan gombal usang itu. Dan aku yang pernah mencibirmu karena termakan penghasut itu. Maafkan. Aku yang begitu percaya kata kata mereka tanpa melihat fakta sebenarnya. Kamu,perempuan tegar yang kukagumi. Sikapmu membuatku semakin bersalah. Baru kusadari perempuan tegar, kamu tak sama seperti yang dikatakan mereka. Kamu bukanlah gadis liar yang berkeliaran di Hong Kong cari kelamin lelaki, apalagi berbicara porno. Bukan kamu yang tergila gila pada lelaki itu. Bukan kamu yang mengejar keluarganya demi mendapatkan pria sakit sakitan itu. Tetapi sebaliknya bukan?? Dan beginilah nasib yang kualami saat ini perempuan ayu….difitnah, ditendang hingga jatuh tersungkur. Sudah merasa sebegitu berharganyakah dia?yang tak juga mau menyadari kenapa dia dikucilkan dari lingkungan. Parahnya lagi wahai perempuan....dibalik lelaki itu ada jiwa kerdil penghasut berbadan manusia berhati binatang. Demi kebaikanmu, putuskan komunikasimu dengan mereka yang bersikap manis didepanmu, tapi sejatinya ingin menusukmu dengan pisau tajam dari belakang. Sekali ini jangan abaikan pesanku, meski kutahu engkau membenciku.

Ketika langit memerah
Sebagian orang sibuk menahan amarah. Sebagian lagi semakin gencar memfitnah. Dimana gerangan sebuah keadilan yang konon ada bagi orang orang teraniaya. Apakah itu hanya omong kosong. Apakah itu hanya nyaring dentang gereja dikala senja? Nurani. Kita hidup ditakdirkan memiliki nurani. Manusia boleh melakukan penyangkalan terhadap yang lainya. Tapi tak kan bisa melakukan penyangkalan di hadapanNYA. Lalu kenapa harus ada saling berebut lahan kebenaran?.

Ketika langit memerah
Kutahan hasrat marah yang semakin merekah. Kulepaskan kabel kabel yang melolosi harga diriku jadi debu. Kuhentikan langkah ditepi jalan itu. Sejenak ku pandang,dan langit itu masih tetap memerah. Kutundukkan wajah menenangkan jiwa. Mungkin, dengan jalan inilah Tuhan menunjukkan kepadaku tentang kebenaran itu. Semestinya aku berterima kasih pada orang yang dianggap sebagai pengkhianat itu. Tanpanya tentu aku tak tahu jika telah di”telanjangi” hingga orgasme oleh orang orang yang sangat kuhormati. Semestinya memang begitu. Tetapi aku malah berharap, aku tak mendengar apapun juga, agar langit tetap indah dipandang mata. Maaf bagiku sudah terlambat dan aku sudah tak ingin mendengarnya lagi. Harapanku, usah usik diamku, memaksaku berbicara sesuatu yang sungguh tak ingin aku melakukannya. Dan lihat, hitung, ukur, sudah berapa lama kusimpan cerita perih ini. Tapi diamku tak juga difahami.

Rabu, 14 Januari 2009

Suara Hati Buat Bunda RieRie

Bunda...jangan menangis lagi. Tak bisa kutahan hati untuk tidak bersedih melihat bunda seperti ini. Aku ingin melihat bunda seperti yang dulu, tersenyum dengan sebegitu manisnya. Terlebih saat ini Bunda sedang mengandung. Jagailah dia yang masih dirahim itu bun. Jangan sampai ia turut menangis yang akhirnya bisa saja ia nendang nendang perut bunda. Pasti Bunda akan tambah sakit,bukan? Bundaku sayang, siapakah yang telah menyakiti hati Bunda, hingga membuat bunda berputus asa. Adakah Kang Gus tak lagi perhatian, ataukah karena Bang Andi lupa menyampaikan salam buat suami Bunda? katakan padaku bun, biar kumeminta pada mereka apa yang seharusnya mereka lakukan. Agar bunda tak lagi bersedih yang bisa saja bunda melupakan aku disini.
Kemarin Bunda bertanya:"apakah salahku?". Dimataku, bunda tak pernah salah. karena bunda tak pernah menyakitiku. Bunda selalu bersikap bijak dan tak memihak dalam berteman. Bunda tak pernah menjadi api yang membakar apalagi memfitnah orang tanpa tahu kebenaranya. Percayalah bunda..engkau perempuan yang sempurna dihadapanku, juga di hadapanNYA. Usah lagi menangis bunda..dan kalupun bunda ingin menangis,jangan simpan tangis itu hanya seorang diri. Jika sudi, berbagilah duka bersamaku..

Suara Hati Buat Bunda RieRie

Bunda...jangan menangis lagi. Tak bisa kutahan hati untuk tidak bersedih melihat bunda seperti ini. Aku ingin melihat bunda seperti yang dulu, tersenyum dengan sebegitu manisnya. Terlebih saat ini Bunda sedang mengandung. Jagailah dia yang masih dirahim itu bun. Jangan sampai ia turut menangis yang akhirnya bisa saja ia nendang nendang perut bunda. Pasti Bunda akan tambah sakit,bukan? Bundaku sayang, siapakah yang telah menyakiti hati Bunda, hingga membuat bunda berputus asa. Adakah Kang Gus tak lagi perhatian, ataukah karena Bang Andi lupa menyampaikan salam buat suami Bunda? katakan padaku bun, biar kumeminta pada mereka apa yang seharusnya mereka lakukan. Agar bunda tak lagi bersedih yang bisa saja bunda melupakan aku disini.
Kemarin Bunda bertanya:"apakah salahku?". Dimataku, bunda tak pernah salah. karena bunda tak pernah menyakitiku. Bunda selalu bersikap bijak dan tak memihak dalam berteman. Bunda tak pernah menjadi api yang membakar apalagi memfitnah orang tanpa tahu kebenaranya. Percayalah bunda..engkau perempuan yang sempurna dihadapanku, juga di hadapanNYA. Usah lagi menangis bunda..dan kalupun bunda ingin menangis,jangan simpan tangis itu hanya seorang diri. Jika sudi, berbagilah duka bersamaku..

Selasa, 06 Januari 2009

Photoku 4 Tag From Devianty

Bangun tidur langsung ngambil kacamata dan HP. Ceprat cepret sendiri karena boboknya emang sendirian. Biar gak dianggap punya hutang PR sama Devianty. Menginggat perintahnya seperti ini: 1.Take a recent photo of yourself OR take a picture of yourself RIGHT NOW.2. DON'T change your cloth. DON'T fix your hair, just take a picture. 3. Post that picture with NO editing. 4. Post this instruction with your picture. 5.Tag 10 people to do this *Finish!*
Nah lu, karena gak ada yang mbantuin motret hasilnya jadi kayak gini deh,he..he..gak apa apa ya?tuh khan dah jujur,baru bangun tidur,polos,meski seperti bulan tinggal separuh*gubrak!*

Photoku 4 Tag From Devianty

Bangun tidur langsung ngambil kacamata dan HP. Ceprat cepret sendiri karena boboknya emang sendirian. Biar gak dianggap punya hutang PR sama Devianty. Menginggat perintahnya seperti ini: 1.Take a recent photo of yourself OR take a picture of yourself RIGHT NOW.2. DON'T change your cloth. DON'T fix your hair, just take a picture. 3. Post that picture with NO editing. 4. Post this instruction with your picture. 5.Tag 10 people to do this *Finish!*
Nah lu, karena gak ada yang mbantuin motret hasilnya jadi kayak gini deh,he..he..gak apa apa ya?tuh khan dah jujur,baru bangun tidur,polos,meski seperti bulan tinggal separuh*gubrak!*

Minggu, 04 Januari 2009

"Vonis" Ocim Terhadap Gadis Rantau Blog

Sebagia author Gadis Rantau Blog, saya tergelitik memberi tanggapan atas tulisan teman baru saya Ocim dengan judul: 19 Blog Yang Berat Loadingnya. Karena salah satu dari 19 blog itu, blog independent ini yang di”vonis” sebagai blog berat loading. Ia sampai mengecek kekuatan loading blog ini dengan salah satu tool,serta membuat "himbauan" untuk mengurangi widget dan memberikan "laporan" kepadanya. Sungguh suatu perhatian yang luar biasa meski cukup meninggalkan tanda tanda tanya dihati saya. Bagaimana tidak, sahabat lama saya Hendrawan bilang blog ini mudah diakses, Bang Andi juga bilang begitu, yang lainpun demikian. Kalaupun ada yang bilang blog ini sulit diakses Cuma 5% dari visitor yang mencapai 150-200/harinya. Nah, mulanya saya berfikir, tulisan Ocim just sharing doang,tapi begitu membaca berulang ulang kalimat pembuka,saya merasa harus ngasih masukan buat opini Ocim. Dalam artikel itu intinya ia menulis:”Kebanyakan blog popular berat juga, namanya juga udah terkenal. Jadi soal blog kagak dipikirin. Sebenarnya nggak dosa, cuman ini menyinggung kepuasan pengunjung”. Sudah cukup tersinggungkah anda dengan akses blog ini Sahabat, siapapun pengunjung blog ini, jika memang blog ini sulit anda akses, saya minta maap. Tetapi saya tekankan bahwa saya bukanya orang ogois yang tak memikirkan hal ini. Hingga membuat saya sering kali merubah perwajahan seperti yang pernah ditulis oleh Bang Andi, ataupun yang sering dipertanyakan rekan rekan. Apapun kritik itu saya menerimanya dengan senang hati, termasuk kritik Ocim ini. Yang jadi pertanyaanya: Masih kurang simplekah blog ini? Dan apakah perlu saya buang Cbok dari blog ini, karena hanya buku tamu inilah satu satunya widget yang saya miliki selain widget dari blogger itu sendiri.

"Vonis" Ocim Terhadap Gadis Rantau Blog

Sebagia author Gadis Rantau Blog, saya tergelitik memberi tanggapan atas tulisan teman baru saya Ocim dengan judul: 19 Blog Yang Berat Loadingnya. Karena salah satu dari 19 blog itu, blog independent ini yang di”vonis” sebagai blog berat loading. Ia sampai mengecek kekuatan loading blog ini dengan salah satu tool,serta membuat "himbauan" untuk mengurangi widget dan memberikan "laporan" kepadanya. Sungguh suatu perhatian yang luar biasa meski cukup meninggalkan tanda tanda tanya dihati saya. Bagaimana tidak, sahabat lama saya Hendrawan bilang blog ini mudah diakses, Bang Andi juga bilang begitu, yang lainpun demikian. Kalaupun ada yang bilang blog ini sulit diakses Cuma 5% dari visitor yang mencapai 150-200/harinya. Nah, mulanya saya berfikir, tulisan Ocim just sharing doang,tapi begitu membaca berulang ulang kalimat pembuka,saya merasa harus ngasih masukan buat opini Ocim. Dalam artikel itu intinya ia menulis:”Kebanyakan blog popular berat juga, namanya juga udah terkenal. Jadi soal blog kagak dipikirin. Sebenarnya nggak dosa, cuman ini menyinggung kepuasan pengunjung”. Sudah cukup tersinggungkah anda dengan akses blog ini Sahabat, siapapun pengunjung blog ini, jika memang blog ini sulit anda akses, saya minta maap. Tetapi saya tekankan bahwa saya bukanya orang ogois yang tak memikirkan hal ini. Hingga membuat saya sering kali merubah perwajahan seperti yang pernah ditulis oleh Bang Andi, ataupun yang sering dipertanyakan rekan rekan. Apapun kritik itu saya menerimanya dengan senang hati, termasuk kritik Ocim ini. Yang jadi pertanyaanya: Masih kurang simplekah blog ini? Dan apakah perlu saya buang Cbok dari blog ini, karena hanya buku tamu inilah satu satunya widget yang saya miliki selain widget dari blogger itu sendiri.

Kamis, 01 Januari 2009

Biarlah Aku Diam

Aku memilih diam membiarkan diri diterpa angin kencang
Tak ada niat hati beranjak dari geming sekedar membisikkan sesuatu
Seluas luasnya kuberi engkau ruang lapang menyakiti jiwaku
Silahkan! Kau lakukan apa saja jika ini demi kedamaian hatimu

Bagiku..Diam itu indah, tenang, menyejukkan
Meski pada akhirnya kau salah mengartikan
Andainya engkau tahu, diam ini untuk memahami dan mengertikanmu
Masihkah kau melakukan ini padaku?

Tanpa kau sadari, tlah kau paksa diriku meninggalkan semua ini
Jauh, jauh sekali..sampai tak dapat lagi kutemukan arah tuk kembali
Ditempat itu aku letih, terluka bermandi air mata
Hingga terpikir untuk meletakkan pena diatas meja usang ini
Usah lagi kau merindui…

Biarlah Aku Diam

Aku memilih diam membiarkan diri diterpa angin kencang
Tak ada niat hati beranjak dari geming sekedar membisikkan sesuatu
Seluas luasnya kuberi engkau ruang lapang menyakiti jiwaku
Silahkan! Kau lakukan apa saja jika ini demi kedamaian hatimu

Bagiku..Diam itu indah, tenang, menyejukkan
Meski pada akhirnya kau salah mengartikan
Andainya engkau tahu, diam ini untuk memahami dan mengertikanmu
Masihkah kau melakukan ini padaku?

Tanpa kau sadari, tlah kau paksa diriku meninggalkan semua ini
Jauh, jauh sekali..sampai tak dapat lagi kutemukan arah tuk kembali
Ditempat itu aku letih, terluka bermandi air mata
Hingga terpikir untuk meletakkan pena diatas meja usang ini
Usah lagi kau merindui…