Kamis, 03 Januari 2008

AKHIRNYA AKU PINDAH KEYAKINAN

Rentetan peluru kehidupan menghempas kehidupanku. Silih berganti tiada henti mewarnai. Belum kering air mata diditerminit majikan dengan tuduhan mencuri, bapakku meninggal dunia. Teman yang selama ini dekat dengan ku menjauhi. Jangankan mengulurkan tangan menolong, menolehpun tidak. Pada siapa aku minta pertolongan, apalagi keadilan?

Namaku Dina, BMI asal Cilacap kelahiran 1985. Sebagai bungsu dari 11 bersaudara aku mendapat didikan yang cukup baik soal agama. Abang-abangku selalu menginggatkan menjalankan kewajiban sebagai hamba. Sholat lima waktu. Tinggal di perkampungan yang notabene beragama muslim aku juga aktif seperti halnya penduduk lain. Mengaji, sholat berjamaah dan juga berbagai kegiatan agama lainya. Termasuk ketika aku masih kuliah di AKPER dan tinggal di kos-kosan di Jogja. Pesan keluarga hanya satu: jangan lupa bekal akhirat.

Pada tahun 2004 aku berangkat ke Hong kong setelah 2 tahun sebelumnya aku merantau ke Singapore. Di sini aku bekerja pada 4 anggota keluarga. Tuanku polisi. Kalau nyonya setiap hari ada di rumah. Dalam menikmati masa liburan, aku tak pernah ketinggalan mengikuti berbagai kegiatan religius. Aku juga sering ke masjid bersama teman-teman. Sama artinya aku selalu berkerudung jika liburan tiba. Kegembiraanku dapat melaksanakan ibadah beramai-ramai tiba-tiba berubah. Seketika imanku goyah. Aku merasa di tinggalkan teman-teman ketika suatu ketika aku mendapat masalah. Aku patah semangat dijauhi mereka.

Awal mula perasaan itu tumbuh, ketika suatu hari pulang libur,nyonya bilang uangnya hilang HK$ 500 dolar. Majikan menuduhku mengambi uang itu. Mana mungkin aku mencuri? sementara aku masih ingin bekerja di rumahnnya? Memang, fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Karena tuduhan yang tidak berdasar itu, aku terkapar dalam penderitaan. Ku sampaikan pada nyonya tak mengapa ku ganti uang yang hilang itu. Tapi nyoya tidak mau. Bersikeras mengusir diriku dari rumahnya. Sia sia 1,5 tahun aku bekerja di rumahnya berakhir dengan cara seperti itu. Tuan seorang polisi, kenapa tidak melapor atau menghukum, jika aku terbukti bersalah?. Saat itu aku berharap diadili dari pada di usir dengan tuduhan mencuri. Terminit dengan tuduhan mencuri. Teramat menyakitkan.

Ku sadari, mula pertama aku datang, nyonya sudah menunjukkan rasa tidak suka. Hari hari berikutnya yonya selau curiga, cemburu aku ada main hati dengan tuan yang memang perhatian. Nyonya menilai perhatian tuan terhadapku sudah tidak wajar. Meski aku sendiri merasa tidak diperhatikan secara berlebihan.

Dengan diterminitnya dari rumah majikan aku menjadi manusia yang paling sengsara sedunia. Apalagi keputusan majikan terjadi secara mendadak. Aku kebinggungan-jujur- soal keuangan. Entah kenapa ketika aku butuh bantuan pinjam uang terasa sulit aku mencari pertolongan. Padahal selama ini aku tak keberatan nolong teman, jika kebetulan aku ada. Ya,aku tak habis pikir, uangku yang dipinjam temanpun sulit aku minta. Alasanya belum ada. Dan ada pula yang telah pulang ke tanah air. Aku tak tahu alamat indonya. Aku semakin tak megerti bagaimana jalan hidup ini. Meski susah payah akhirnya aku tiba juga di kampung halaman.

Ya Allah Ya Robbi.. cobaan apalagi yang kau timpakan padaku? Bertubi-tubi masalah datang menghempas kehidupanku. Derita diPHK majikan belum hilang kini aku kehilangan bapak. Meski meninggalnya oleh penyakit tua, tapi aku sungguh merasa berdosa karenanya. Sebelum bapak menghembuskan nafas terakhir, bapak menyuruhku menikah dengan pemuda pilihannya. Terus terang aku menolak karena aku sudah punya calon pasangan hidup. Aku menyesal kenapa aku menolak perintah bapak. Kalau aku tidak melawan, pasti bapak masih hidup. Masih bisa mengisi hari-hari dengan anak cucu di rumah. Semua ini memang salahku.

Kepergian bapak membuat aku kehilangan semangat hidup. Hari hari lebih banyak ku lalui di atas sajadah. Hanya inilah yang bisa ku lakukan setiap ada masalah. Mendekatkan diri kepada yang maha kuasa. Memohon ampunan dan pertolongan atas kesesakan dada dan dukaku.Karna tidak mungkin aku mencari sesuatu untuk menghidupkan bapakku kembali. Dia telah pergi dan aku tak akan bisa merasakan kasih sayang dan perhatiannya lagi.

Usai hari berkabung, aku masuk PT. Dan tak seberapa lama aku aku di berangkatkan ke Hong Kong untuk yang kedua kalinya. Di sini nasibku tidak sebaik di rumah majikan yang dulu. Di majikan kedua aku tak peroleh hak libur sebelum selesai potongan bayar agen. Dan aku juga di pekerjakan di dua rumah. Hanya lewat telepon aku bisa bergaul dengan teman-teman yang seagama dan lain agama. Seringnya bincang bincang dengan teman-teman, tiba-tiba aku terpanggil masuk agama lain. Murni dorongan hati tumbuh sendiri. Sedikitpun tak ada paksaan atau keterpaksaan. Meski aku dulu sempat tidak di sukai kedua orang tua pacarku yang saat itu tak seiman. Dan aku juga tidak menggap bahwa diagama yang di terapkan orang tua membuatku banyak masalah. Karena aku percaya setiap manusia akan selalu dihadapkan pada suatu masalah. Satu lagi percayaku dengan masalah yang sering menghempas hidupku sebagai bukti Tuhan sayang pada umatnya. Boleh percaya boleh tidak disetiap aku mendapat cobaan aku selalu intropeksi, mengambil hikmah dari masalh itu. Karena sesungguhnya di balik cobaan itu tersimpan sebuah kebahagiaan yang tiada tara ketika berhasil melewati masa-masa sulit itu. Begitu pula ketika kegetiran melanda aku selalu bermohon pada Tuhan agar aku mampu melaluinya. Karna pada dasarnya Tuhan memberi cobaan sesuai dengan kemampuan umatnya.

Begitulah setelah beberapa bulan aku bekerja di rumah majikan kedua, aku terpanggil masuk agama lain. Dengan niat aku belajar serius agama yang hendak ku peluk itu. Lewat selebaran warta yang dikirimkan pembimbing kerumah, buku-buku agama dan dialog langsung dengan pembimbing melalui telepon. Setelah hatiku semakin mantap, dengan senang hati aku di baptis di gereja Bethani. Tuhan maha esa. Tuhan itu satu. Kalaupun banyak keyakinan sebenarnya tujuannya hanya satu. Ibarat diriku ingin pergi ke Jakarta. Biasanya aku naik bis kini aku lebih suka naik kereta api. Yang membedakan hanya jalan yang di tempuh.

Pembaca..
Menyimpang kebohongan sunguh beban berat. Perpindahanku ke agama lain belum kusampaikan pada keluarga. Karena hingga kini aku tak tahu kalimat apa yang pantas untuk menyampaikan nya. Kadang aku ragu berkata jujur pada keluarga, menggingat keluargaku terpandang di tengah-tengah masyarakat sebagai pemuka agama. Tapi sampai kapan aku membohongi mereka? Tak dapat kubayangkan bagaimana respon keluargaku nanti. Adakah pembaca memiliki solusi?

Dituturkan Dina kepada Kristina Dian S dari Apakabar.

9 komentar:

  1. pada prinsipnya setiap aga adalah mengajarkan tentang kebaikan..
    ikut kata hati dan banyak memohon petunjuk kepada Tuhan itu yang paling penting...

    salam,

    bonar

    BalasHapus
  2. Agama atau Keyakinan hanyalah suatu doktrin atau ajaran yang menjadikan manusia terasing dari dirinya(alienasi)

    ingat bu, Agama yang kita anut itu adalah agama dari orang tua kita..
    jadi, kita bebas memilih suatu ajaran atau keyakinan.

    BalasHapus
  3. keyakinan itu adalah sesuatu yang sakral dan memang gak bisa dikatakan gampang...

    BalasHapus
  4. Kasihan sekali.. beban ini bukan hanya Anda yang memikul.. Orang tua anda ikut sengsara akibat keputusan anda.. Masih ada waktu.. untuk bertobat.. sebelum meregang nyawa..
    Apapun keyakinan anda.. cuma ada 2 pilihan sengsara atau bahagia yang kekal di akhirat nanti..

    BalasHapus
  5. akupun masih menyimpan suatu kebohongan,
    pindah keyakinan dengan memilih yg lebih baik menurut hatikita itu bagus.

    Yup !

    BalasHapus
  6. "follow your heart" and it will lead you to God...itulah sepatah kalimat dari The Nun's Story yang membuat aku juga pindah agama setelah aku bergelut dengan hati ku.

    Tuhan itu selalu ada di hati kita kalau kita percaya. Tidak perlu pusingin apa kata org, selama kita tidak menyakiti org lain :)

    BalasHapus
  7. di dunia ini memang ada banyak agama yang bisa kita peluk dengan ajaran dan keyakinan yang berbeda, jika memang kita adalah seorang yg punya iman dengan iman yg di imani seorang muslim saya berkeyakinan bahwa sepedih apapun penderitaan hidup di dunia tetap tdk akan sebanding dengan panas api neraka, 60 tahun usia manusia didunia masih tdk berarti di bandingkan dg keabadian akhirat, menurut saya kembalilah ke pelukan islam sebagai agamamu terlebih jika anda sayang dg ayah anda yg baru meninggal dunia

    BalasHapus
  8. ada yang bilang "pindah keyakinan mengikuti hati kita itu bagus". saya kira itu sangatlah gegabah. masalah hati itu rumit dalam hati ada banyak bisikan. ada yang dari syaitan, ada yag dari malaikat, ada yang dari nafsu(temen akrabnya iblis yang terkutuk), dan ada yang langsung dari allah.
    sebaiknya sebelum memutuskan, periksa dulu bisikan itu sumbernya dari mana? jangan sak karepe ndasmu,hehe..
    trus mslah pindah agama, saya kira itu keputusan yang sangat dan benar-benar merugikan. mengapa? klo ga percaya, coba pelajari dan tekuni sampai benar-benar mengerti agama kamu yang baru itu. setelah itu bisa nggak jawab "tuhan itu dimana? tuhan itu bagaimana? tuhan itu berapa? tuhan itu kapan adanya?" dengan jelas dan sangat masuk akal.
    sekedar tahu aja ya..
    yang mampu membuat/menciptakan langit, bumi, dan segala sesuatu diantara langit dan bumi adalah yang wujud, kidam,bako',mukholafatulilhawadisi,kiyamuhu binafsihi, wahdaniah, kudroh, irodah, ilmu, hayat, samak, basor,.....(sampai 20). mungkin banyak orang yang masih belum bisa me-logika-kan semua sifat2 diatas. karena sebab itulah mungkin keyakinan/keimanan-nya menjadi lemah, goyah, mudah terombang-ambing. intinya pondasi kurang kuat....
    keputusan anda sangatlah disayangkan,..
    keputusan anda sangatlah disayangkan,..
    keputusan anda sangatlah disayangkan,..
    keputusan anda sangatlah disayangkan,..
    thanks/ semoga bisa dipertimbangkan.

    BalasHapus